Kantor-kantor pemerintah dan sekolah-sekolah di Pulau Luzon yang merupakan pulau utama di Filipina tetap tutup pada hari ini, 25 Oktober 2024.
Pemerintah Filipina masih mengeluarkan peringatan gelombang badai di sepanjang pantai barat, dengan potensi gelombang setinggi dua meter.
Pakar badan cuaca Jofren Habaluyas mengatakan kepada AFP bahwa provinsi Batangas telah mengalami “hujan selama dua bulan”, atau 391,3 mm, pada tanggal 24 dan 25 Oktober.
Penghitungan resmi yang dirilis pada tanggal 24 Oktober melaporkan 193.000 orang dievakuasi akibat banjir yang mengubah jalan-jalan menjadi sungai dan mengubur sebagian kota dalam sedimen vulkanik mirip lumpur yang lepas akibat badai.
Banyak dari mereka berada di wilayah Bicol, di mana lebih dari 30.000 orang mengungsi pada tanggal 23 Oktober saja karena banjir yang “sangat tinggi”.
Tim penyelamat di kota Naga dan kotamadya Nabua menggunakan perahu untuk menjangkau warga yang terdampar di atap rumah, banyak dari mereka mencari bantuan melalui postingan Facebook.
Di Kota Lemery, Batangas, seperti dikutip AFP, sekitar 97 km selatan Manila, sebuah rumah sakit terpaksa menolak pasien karena bangsal dan ruang gawat daruratnya kebanjiran.
Dan pencarian seorang nelayan yang hilang yang kapalnya tenggelam di perairan provinsi Bulacan sebelah barat Manila masih ditangguhkan pada 25 Oktober karena arus yang kuat, kata kantor bencana setempat.
Sekitar 20 badai besar dan topan melanda Filipina atau perairan sekitarnya setiap tahun, merusak rumah dan infrastruktur serta menewaskan puluhan orang.
Namun penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa badai di kawasan Asia-Pasifik semakin banyak terjadi di dekat garis pantai, semakin intensif dan berlangsung lebih lama di daratan akibat perubahan iklim.