TRIBUNNEWS.COM - Di tengah upaya Amerika Serikat (AS) untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah, pemimpin Hamas Osama Hamdan memberikan ancaman.
Osama Hamdan mengatakan tidak akan ada pertukaran tahanan sebelum Israel angkat kaki dari Gaza.
Saat berbicara dengan Kantor Berita Al Mayadeen, Hamdan menyebut pesan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken jauh berbeda dengan Utusan AS Amos Hoschtein.
Hamdan bahkan menyatakan keraguannya bahwa Blinken mengemukakan ide-ide baru.
"Sulit untuk mengatakan apakah Blinken menawarkan sesuatu yang berbeda tanpa mendengar dari para mediator terlebih dahulu. Namun, kami tidak berharap bahwa ia membawa sesuatu yang baru," ungkap Hamdan.
Hamas, kata Hamdan, tetap berpegang pada tuntutannya bahwa Israel harus menghentikan agresi di Gaza.
Dirinya pun menegaskan bahwa setiap upaya untuk membebaskan tawanan yang ditahan oleh Perlawanan, harus dimulai dengan gencatan senjata.
Ia menjelaskan bahwa kunjungan delegasi Hamas ke Moskow merupakan bagian dari upaya untuk menghentikan agresi Israel terhadap Gaza.
"Kami telah meminta Rusia, Tiongkok, dan Aljazair untuk bekerja sama mengakhiri serangan terhadap Gaza," kata Hamdan.
Para mediator, lanjut Hamdan, telah memberi tahu delegasi bahwa ada indikasi negosiasi dapat dilanjutkan.
Dia pun menegaskan bahwa delegasi Hamas berpegang teguh pada prinsip-prinsip gerakan tersebut.
Baca juga: Hamas Merapat ke Rusia: Tujuan Kami Bukan Cari Bantuan Militer Melainkan Dukungan Politik
Hamdan menyebutkan bahwa delegasi tersebut pergi ke Kairo untuk mendengar gagasan yang diajukan, tetapi menekankan bahwa "sikap gerakan terhadap tuntutannya tetap tidak berubah".
Israel Siap Mengulang Perundingan
Kepala Dinas Rahasia Israel Mossad, David Barnea, mengungkapkan pihaknya telah siap untuk memulai kembali diskusi mengenai kesepakatan untuk membebaskan para sandera.
Barnea mengatakan pihaknya pun juga siap untuk menghentikan perang antara Israel dengan Hamas.