TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin berkomentar tentang perang yang berlangsung di Timur Tengah.
Dikutip dari VOA, berbicara pada pertemuan puncak BRICS pada Kamis (24/10/10), Putin menyebut bahwa Timur Tengah berada di ambang perang skala penuh.
Putin melihat kalau aksi militer yang dimulai setahun lalu di Gaza, kini telah menyebar ke Lebanon.
"Negara-negara lain di kawasan itu juga terkena dampaknya," ucap Putin.
"Tingkat konfrontasi antara Israel dan Iran meningkat tajam. Ini semua mengingatkan pada reaksi berantai dan menempatkan seluruh Timur Tengah di ambang perang skala penuh," katanya.
Menurut Putin, kekerasan di Timur Tengah tidak akan berakhir sampai terbentuknya negara Palestina yang merdeka.
"Tuntutan utama untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di wilayah Palestina adalah melaksanakan formula dua negara yang disetujui oleh Dewan Keamanan dan Sidang Umum PBB," katanya.
Ia menambahkan bahwa hal ini akan "mengoreksi ketidakadilan historis yang dialami oleh rakyat Palestina."
"Sampai masalah ini terselesaikan, lingkaran setan kekerasan tidak akan mungkin bisa diputus," katanya.
Pertemuan BRICS di Kazan yang dihadiri oleh beberapa pemimpin dunia.
Baca juga: Aliansi BRICS Meluas ke Belasan Negara, Vladimir Putin Klaim Indonesia Sudah Bergabung
Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas turut hadir dalam pertemuan itu.
Pada Jumat (18/10/2024), Putin sempat mendesak Kuartet Timur Tengah untuk diaktifkan kembali guna melanjutkan upaya mediasi di wilayah tersebut.
"Solusi utama untuk masalah Palestina adalah pembentukan negara Palestina yang sepenuhnya. Pihak Rusia telah menegakkan posisi ini sejak era Soviet," katanya dalam sebuah pertemuan dengan para manajer media BRICS di Moskow, dikutip dari Anadolu.
Berdasarkan pandangannya, Amerika Serikat (AS) melakukan kesalahan dengan mengganggu kerja Kuartet.