TRIBUNNEWS.COM - Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) tinggal menghitung hari.
Pada Selasa, 5 November 2024, Calon Presiden (Capres) dari Partai Republik Donald Trump dan Capres dari Partai Demokrat Kamala Harris akan berebut Gedung Putih.
Tak sedikit negara yang menantikan siapa yang memenangkan pemilu AS 2024 dan memimpin pemerintahan selama empat tahun ke depan. Terlebih, Taiwan.
Industri semikonduktor adalah salah satu sektor paling penting dalam ekonomi global. Sementara hubungan antara Amerika Serikat dan Taiwan di bidang ini sangat signifikan.
Bagi industri semikonduktor Taiwan, Trump dan Harris sama-sama membawa risiko.
Para insinyur yang bekerja di industri semikonduktor Taiwan mengatakan, beberapa tahun terakhir merupakan masa yang sulit, lapor Al Jazeera.
Upaya AS untuk mengekang pertumbuhan kekuatan China dengan memutus aksesnya ke chip paling canggih telah menempatkan sektor chip pulau itu pada sasaran persaingan geopolitik paling penting di dunia.
Bagi Taiwan, persaingan AS-Tiongkok untuk mendominasi merupakan pedang bermata dua.
Di satu sisi, upaya AS untuk menahan pertumbuhan kekuatan dan pengaruh China berfungsi sebagai penangkal risiko kemungkinan invasi China di masa mendatang ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu, yang dianggap Beijing sebagai wilayahnya.
Di sisi lain, hal ini membuat bisnis menjadi lebih rumit bagi produsen semikonduktor dan peralatan di Taiwan, yang menjual sebagian besar "teknologi penting" tersebut ke Tiongkok.
Meskipun ukurannya kecil, Taiwan memproduksi hampir 60 persen pasokan chip semikonduktor dunia dan hampir 90 persen chip tercanggih yang dibutuhkan untuk memberi daya pada semuanya, mulai dari telepon pintar hingga kecerdasan buatan.
Baca juga: Kamala Harris Akui Tak Khawatir dengan Pembicaraan Antara Trump dan Netanyahu
Sejak Presiden AS Joe Biden menandatangani Undang-Undang Chips and Science pada tahun 2022, yang memberi insentif pada produksi chip di AS sekaligus membatasi transfer teknologi ke China, sektor semikonduktor Taiwan harus beradaptasi dengan lingkungan regulasi yang berubah.
Banyak perusahaan telah mengalihkan fokus bisnis mereka dari China, mendiversifikasi produksi ke AS dan Asia Tenggara.
Untuk sebagian anggota industri, ada perasaan terguncang.