"Begitu (MSS) menemukan rekaman panggilan dengan Korea Selatan, hal itu dianggap sebagai pelanggaran serius," kata narasumber yang dikutip dalam laporan tersebut.
"Kesepian tampaknya menjadi hal yang paling menyakitkan para pembelot yang berjuang menghadapi kehidupan di luar Korea Utara".
Seoul konfirmasi pembelotan Korea Utara saat Pyongyang tutup perbatasan
Ketika Korea Selatan memperingati Hari Pembelot Korea Utara yang pertama, beberapa orang masih kesulitan beradaptasi.
Kang Jeong-hyun, direktur proyek tersebut, mengatakan laporan itu dimaksudkan untuk menggarisbawahi penghilangan paksa yang dilakukan oleh rezim Kim sebagai kejahatan transnasional yang juga melibatkan Tiongkok dan Rusia.
Laporan tersebut diterbitkan beberapa hari sebelum Dewan Hak Asasi Manusia PBB menerbitkan Tinjauan Berkala Universal lima tahunannya mengenai Korea Utara.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan hingga 200.000 orang ditahan dalam jaringan gulag yang dikelola oleh MSS, banyak di antaranya karena alasan politik.
Laporan Komisi Penyelidikan PBB tahun 2014 mengatakan para tahanan menghadapi penyiksaan, pemerkosaan, kerja paksa, kelaparan, dan perlakuan tidak manusiawi lainnya.
Pyongyang telah lama mengecam pembelot sebagai "sampah manusia", dan Kim telah semakin memperketat kontrol perbatasan selama beberapa tahun terakhir.
Asosiasi Studi Hak Asasi Manusia Korea Utara bulan ini menolak laporan PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia termasuk penghilangan paksa, dan menyebutnya sebagai "rekayasa" dan konspirasi Barat untuk meningkatkan konfrontasi dan mencoreng citra negara tersebut.
Beijing membantah adanya pembelot Korea Utara di China, dan malah menggambarkan mereka sebagai migran ekonomi ilegal.
Sumber: Reuters/CNA