Ia menempuh pendidikan di bidang agama dan sains.
Di bawah bimbingan ulama Islam terkemuka Ayatollah Mohammad Hussein Fadlallah, ia belajar teologi.
Selain studi agamanya, Qassem memperoleh gelar sarjana kimia dari Universitas Lebanon, yang menunjukkan komitmennya terhadap pertumbuhan intelektual dan beragam minat akademis.
Pemimpin baru Hizbullah ini berperan penting dalam pembentukan Serikat Mahasiswa Muslim Lebanon pada tahun 1970-an, dan menjadi salah satu anggota pendirinya.
Aktivisme politiknya dimulai dengan Gerakan Amal Syiah Lebanon.
Namun, Revolusi Islam 1979 di Iran memengaruhi dirinya dan aktivis muda Syiah Lebanon lainnya secara signifikan, yang membuatnya berpisah dengan Amal.
Qassem memainkan peran penting dalam pembentukan Hizbullah.
Ia berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan penting yang berujung pada pembentukan kelompok tersebut dan sejak saat itu tetap menjadi tokoh berpengaruh di dalamnya.
Pada tahun 1991, ia diangkat sebagai wakil kepala Hizbullah oleh Sekretaris Jenderal saat itu, Abbas al-Musawi.
Selama bertahun-tahun, Qassem menjabat sebagai koordinator umum untuk kampanye pemilihan parlemen Hizbullah, dimulai pada tahun 1992 ketika kelompok tersebut pertama kali mengikuti pemilihan umum.
Ia juga seorang penulis yang produktif.
Baca juga: Reaksi Israel Saat Hizbullah Punya Sekjen Baru, Gallant: Naim Qassem Sementara, Tak Akan Lama
Ia menulis buku tahun 2005 berjudul Hezbollah: The Story from Within, yang memberikan perspektif orang dalam yang unik tentang sejarah dan operasi Hizbullah.
Buku ini dianggap sebagai sumber yang berharga untuk memahami latar belakang dan evolusi gerakan Hizbullah, dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Inggris.
Ia adalah pendukung setia perjuangan anti-Zionis.