TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) mulai mengerahkan pesawat pengebom jarak jauh B-52 ke wilayah Timur tengah sebagai peringatan bagi Iran, agar negara itu mengurungkan niatnya untuk melakukan serangan balik ke Israel.
"Jika Iran, mitranya, atau proksinya menggunakan momen ini untuk menargetkan personel atau kepentingan Amerika di kawasan tersebut, maka kami akan mengambil setiap tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami," kata juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder.
Tak hanya mengirimkan pesawat pengebom, untuk mencegah eskalasi panas antara Iran dan Israel, pemerintah AS turut mengirimkan sejumlah aset militer tambahan ke Timur Tengah.
Termasuk diantaranya kapal perusak pertahanan rudal balistik, sebagaimana dikutip dari CNA.
Langkah seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan AS, pada bulan lalu pemerintah AS telah mengirimkan sistem pertahanan rudal THAAD dan menempatkan pasukan di lapangan untuk mengoperasikan sistem tersebut.
Iran Bakal Serang Israel
Adapun langkah terbaru ini dilakukan AS untuk menambah kekuatan pertahanan di Timur Tengah guna mendukung Israel.
Mengingat beberapa hari terakhir pemerintah Iran diisukan tengah mempersiapkan serangan yang “mutlak dan menyakitkan” untuk membalas gempuran Israel baru-baru ini di wilayahnya.
Kabar ini mencuat setelah sumber anonim yang mengetahui tentang permasalahan tersebut membocorkan rencana serangan Iran ke Israel
Dalam laporannya anonim tersebut mengungkap bahwa serangan Iran kemungkinan besar bakal dilancarkan sebelum berlangsungnya pemilihan presiden AS pada 5 November mendatang.
“Respons Republik Islam Iran terhadap agresi rezim Zionis akan bersifat definitif dan menyakitkan, kemungkinan dilakukan sebelum pemilihan presiden AS pada tanggal 5 November,” ujar laporan anonim dilansir dari The Times Of israel.
Baca juga: Intelijen Israel: Serangan Iran Bakal Besar, Kenapa Pakai Wilayah Irak?
Meski rumor tersebut masih wacana, namun apabila serangan balik Iran ke Israel terjadi maka hal tersebut berpotensi memperparah ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Amerika Pemasok Utama Senjata Israel
Bersamaan dengan pengiriman senjata untuk tentara Israel, AS mengatakan pihaknya akan terus mendukung diplomasi dan de-eskalasi di kawasan itu.
Para kritikus telah mencatat bahwa Washington sejauh ini tak hanya memberikan dukungan diplomatik namun juga dukungan militer senilai miliaran dolar kepada Israel.
Adapun bantuan seperti ini diketahui telah disalurkan AS selama puluhan tahun, hingga membuat negeri Paman Sam ini menjadi penyokong utama pendanaan militer Israel dalam setiap perang melawan musuh-musuhnya.
Untuk membantu pertahanan Israel, setiap tahunnya AS diketahui menyumbangkan bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp 60,27 triliun.
Bahkan ketika ketegangan antara Hamas dan Israel berlangsung, AS terus memasok Tel Aviv dengan 21.000 amunisi peluru artileri berukuran 155 mm.
Serta ribuan amunisi penghancur bunker, 200 drone kamikaze dan bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies dengan nilai 320 juta dolar atau setara Rp5 triliun.
Menurut catatan The Washington Post, sejak perang Gaza pecah pada 7 oktober silam, Amerika Serikat setidaknya telah menyetujui 100 perjanjian senjata dengan pendudukan Israel.
AS mengklaim penjualan peluru tank kepada Israel merupakan bentuk dukungan untuk kepentingan keamanan Timur Tengah dari ancaman Hamas. Namun tindakan ini mendapat sorotan negatif dari sejumlah pihak.
Para aktivis hak asasi manusia bahkan menyatakan keprihatinannya atas penjualan tersebut, mereka menyebut tindakan Amerika tidak sejalan dengan upaya Washington untuk menekan Israel agar meminimalkan korban sipil di Gaza. Justru transfer senjata dapat memperparah perundingan damai yang sedang diusahakan.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)