"Kami akan memiliki banyak sumber daya di luar sana, banyak staf, banyak peralatan," jelasnya.
Drone dan juga penembak jitu dikerahkan untuk bersiaga jelang pemilu ini.
Beberapa sekolah dan gereja di Arizona yang dulunya menjadi tempat pemungutan suara saat ini tidak digunakan lagi.
Untuk menggantikannya, terdapat beberapa lokasi lain yang dapat ditawarkan untuk pemungutan suara.
Menurut seorang anggota gereja LDS dan Spesialis Perlindungan Demokrasi untuk Arizona di Mormon Women for Ethical Government, Jane Anderson mengatakan mereka telah mengerahkan berbagai upaya untuk mengantisipasi kerusuhan politik.
Sekitar selusin pemimpin masyarakat dari seluruh negara bagian dan dari berbagai latar belakang politik dan budaya telah membentuk sebuah komite untuk fokus pada upaya membendung kekerasan politik," kata Jane Andersen, dikutip dari Reuters.
Mereka berjanji agar bersiap emanfaatkan jaringan yang luas, termasuk para pemimpin agama, yang dapat membantu menyebarkan informasi faktual untuk melawan kerusuhan yang dipicu oleh misinformasi.
Selain dua negara bagian di atas, Michigan juga melakukan pengamatan ketat.
Terutama di aula konvensi pusat kota Detroit yang jadi medan pertempuran para pendukung Trump pada tahun 2020.
Detektor logam dipasang di lokasi tersebut.
Selain itu, 15 petugas polisi terlihat berpatroli di aula tersebut.
Seorang profesor sosiologi di Chapman University di California, Peter Simi mengatakan bahwa langkah pencegahan dan keamanan ketat ini dilakukan lantaran untuk menghadapi skenerio terburuk.
Di mana Trump kalah dan tidak mengakui kekalahannya.
Seperti pada tahun 2021, pendukung Trump yang menyerang Gedung Capitol AS.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Pemilihan Presiden Amerika Serikat