TRIBUNNEWS.COM - Seorang tentara Rusia menceritakan bagaimana pasukan Korea Utara yang dikerahkan untuk melawan Ukraina, justru membahayakan unit mereka sendiri dengan menembak ke arah yang salah, demikian dilaporkan oleh Newsweek.
Sekitar 8.000 tentara Korea Utara dilaporkan telah dikerahkan ke wilayah Kursk, Rusia.
Kursk merupakan wilayah di mana Ukraina melancarkan serangan mendadak pada 6 Agustus lalu dan memperoleh keuntungan dengan cepat, meskipun pasukan Moskow berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah tersebut.
Akun pro-Ukraina di platform X, bernama Victoria, mengunggah video yang diklaim memperlihatkan seorang tentara Rusia yang ditangkap oleh pasukan Ukraina.
Tentara Rusia itu berbicara di depan kamera tentang pengalamannya dengan para rekrutan baru.
Tentara tersebut mengatakan bahwa anggota unitnya dan 10 tentara Korea Utara dibawa ke hutan untuk menggali parit, dan mereka diberi pakaian hangat serta makanan.
"Selama penyerangan, orang-orang Korea mulai menembaki kami," kata tentara Rusia yang tidak disebutkan namanya itu.
"Kami mencoba menjelaskan kepada mereka ke mana harus membidik, tetapi saya pikir mereka menembak dua orang dari kami sendiri."
"Saya memutuskan lebih baik menyerah dalam situasi ini daripada terbunuh oleh peluru kami sendiri."
Newsweek tidak dapat memverifikasi video tersebut dan telah mengirim email ke Kementerian Pertahanan Rusia untuk meminta komentar.
Andrii Kovalenko, kepala departemen anti-disinformasi di Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, mengatakan pada hari Senin (4/11/2024) bahwa pasukan Korea Utara pertama yang tiba di Kursk telah diserang.
Baca juga: Sudah Ada di Batas Ukraina, Ini Senjata-senjata yang Dibawa Pasukan Korea Utara
Analis geopolitik Viktor Kovalenko, seorang veteran militer Ukraina (2014-2015), mengatakan kepada Newsweek bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan pasukan Korea Utara bukan sebagai alat untuk memenangkan perang, tetapi sebagai alat untuk memecahkan masalah kebijakan dan propaganda yang mendesak.
"Putin juga menghabiskan waktu untuk menunda mobilisasi umum di Rusia atau menunggu hingga negosiasi perjanjian damai, sambil menunggu hasil pemilihan presiden AS," kata Kovalenko.
Pyongyang akan mendapatkan uang, makanan, dan teknologi antariksa dari Rusia sebagai imbalan atas kontribusi mereka dalam membantu perang, demikian dilaporkan oleh surat kabar The Korea Herald pada hari Minggu.