Donald Trump telah memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat lagi. Bagi beberapa pengamat, masa jabatan pertama Trump dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana ia akan menjabat sebagai presiden Amerika Serikat untuk kali kedua.
Saat Trump pertama mencalonkan diri sebagai presiden AS pada 2015, tak banyak orang yang mengira ia bakal menang.
Saat itu, ia tidak mengendalikan mesin Partai Republik, tidak memiliki platform politiknya sendiri, dan mesti bergerak dengan anggaran terbatas.
Dengan moto “Mengembalikan Kejayaan Amerika”, Trump menawarkan sejumlah kebijakan kunci, termasuk membangun tembok perbatasan dan melarang muslim masuk ke AS.
Ia pun menampilkan diri sebagai sosok anti-sistem dan kerap berjanji bakal “menguras rawa [korupsi]” di AS.
Setelah berhasil menang secara mengejutkan pada pemilu AS 2016, Trump berupaya mengubah visi politiknya menjadi tindakan nyata, meski dengan sejumlah hasil berbeda, kata Anthony Zurcher, koresponden BBC untuk wilayah Amerika Utara.
Kini, sejumlah pengamat yakin Trump akan melanjutkan segala sesuatu yang belum sempat dia wujudkan pada akhir masa jabatan pertamanya 2020 lalu.
Salah satu proyek yang belum selesai adalah menutup perbatasan selatan AS. Pada masa jabatan pertamanya Trump tidak memperoleh persetujuan Kongres atas pendanaan pembangunan tembok. Sekarang dia sepertinya bakal menepati janji kampanye untuk menyelesaikan pembangunan tembok perbatasan.
Berikut sejumlah kebijakan yang amat mungkin kembali dilanjutkan Trump:.
Imigrasi dan perbatasan: Bersiap untuk 'deportasi terbesar dalam sejarah'
Imigrasi dan perbatasan menjadi isu kunci dalam dalam kampanye Trump untuk pemilu kali ini.
Dalam sebuah pidatonya, ia sempat mengatakan imigran telah “meracuni darah negara” dan mereka bertanggung jawab atas naiknya harga rumah-rumah dan melonjaknya angka kejahatan.
Ini adalah pernyataan tak berdasar.
Tanpa bukti, ia pun sempat menyatakan negara-negara seperti Venezuela sengaja mengosongkan penjara dan rumah sakit jiwanya serta mengirimkan para penghuninya ke AS.