Barghouti mengatakan, ada kekhawatiran bahwa Trump akan mengizinkan Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel, yang akan menandai “berakhirnya solusi dua negara”.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump mengambil beberapa langkah yang menguntungkan Israel.
Pada tahun 2017, ia mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, yang menjungkirbalikkan kebijakan AS dan konsensus internasional selama puluhan tahun.
Ia juga mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang direbutnya dari Suriah selama perang tahun 1967.
Namun, meski Trump sering mengklaim sebagai presiden paling pro-Israel dalam sejarah modern, dan bahkan memuji hubungan dekat dan pribadinya dengan Netanyahu, hubungan antara kedua pemimpin itu tidak selalu bersahabat.
Baca juga: 4 Populer Internasional: Donald Trump Memenangkan Pilpres AS 2024 - Kecanggihan UAV Ukraina
Pada tahun 2021, ketika keduanya tidak lagi menjabat, Trump menuduh Netanyahu melakukan pengkhianatan ketika pemimpin Israel itu memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya dalam pemilihan presiden pada tahun 2020.
Tak lama setelah serangan Hamas terhadap Israel tahun lalu pada 7 Oktober, Trump mengkritik Netanyahu dan dinas intelijen Israel karena tidak siap, dan mengklaim serangan itu tidak akan terjadi jika dia menjadi presiden.
Sementara itu, anggota parlemen Israel Knesset, dari Partai Likud milik Netanyahu, Boaz Bismuth mengatakan, kemenangan Trump datang pada "waktu yang tepat".
Bismuth mengatakan, Trump akan memberikan kesempatan untuk memperluas Perjanjian Abraham karena perang di Gaza dan Lebanon akan segera berakhir.
Kesepakatan tersebut, kata Bismuth, mengesampingkan prospek negara Palestina yang merdeka.
Baca juga: Trump Menangkan Pilpres AS, Bagaimana Tanggapan Hamas dan Israel?
"Ketika perang berakhir, Anda akan membutuhkan pemulihan yang sesungguhnya di Timur Tengah," ujar Bismuth.
"Trump akan menjadi orang terbaik untuk mewujudkan Timur Tengah yang baru," imbuhnya.
Nadav Shtrauchler, seorang ahli strategi politik yang bekerja erat dengan Netanyahu, mengatakan terpilihnya Trump mengirimkan pesan kepada musuh-musuh Israel di Iran.
Perdana Menteri Israel kemungkinan besar juga merasa berani di dalam negeri, sehari setelah ia memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant setelah berbulan-bulan terjadi pertikaian mengenai politik dalam negeri dan upaya perang Israel.