"Semua warga Gaza takut dengan rencana itu," kata Jomana Elkhalili, seorang pekerja bantuan Palestina berusia 26 tahun untuk Oxfam yang tinggal di Kota Gaza bersama keluarganya.
"Namun, mereka tidak akan melarikan diri. Mereka tidak akan membuat kesalahan lagi. Kami tahu tempat lain di sana tidak aman," katanya.
"Itulah sebabnya orang-orang di utara mengatakan lebih baik mati daripada pergi."
Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan pada hari Kamis bahwa hanya sekitar 100 warga Palestina yang telah melarikan diri dari utara sejak Minggu.
"Setidaknya 400.000 orang terjebak di daerah itu," kata Lazzarini.
"Dengan hampir tidak ada persediaan dasar yang tersedia, kelaparan menyebar."
Kelompok HAM Khawatir Israel Menggunakan Makanan sebagai Senjata
Mengutip PressTV, kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa rencana tersebut kemungkinan akan membuat warga sipil kelaparan.
Rencana itu juga bertentangan dengan hukum internasional, yang melarang penggunaan makanan sebagai senjata dan pemindahan paksa.
Baca juga: Hamas Sebut Pembunuhan Anak-anak Saat Bermain di Gaza oleh Israel Sebagai Kejahatan Mengerikan
Fakta bahwa Israel secara sengaja membatasi makanan ke Gaza merupakan inti dari kasus genosida yang diajukan terhadapnya di Mahkamah Internasional.
Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa jika strategi tersebut berhasil di Gaza utara, strategi itu dapat ditiru di wilayah lain, termasuk kamp-kamp tenda di selatan yang menampung ratusan ribu warga Palestina.
Agresi Israel terhadap Gaza dimulai pada Oktober tahun lalu, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 42.000 orang.
Lebih dari 98.000 orang lainnya juga terluka sejak saat itu.
(oln/anadolu/rntv/*)