TRIBUNNEWS.COM -- Pasukan Vladimir Putin melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina selama akhir pekan kemarin.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi serangan tersebut dilakukan untuk menghancurkan infrastruktur energi dan industri militer musuh.
Namun akibatnya menyebabkan belasan warga sipil tewas. Di wilayah Sumy saja dilaporkan sebanyak 10 warga tewas oleh gempuran serdadu Moskow.
Baca juga: Rusia Rebut Makarivka dan Hryhorivka di Ukraina, Apa Selanjutnya?
Rusia mengklaim, serangan tersebut menggunakan senjata jarak jauh berbasis udara dan laut serta pesawat nirawak.
"Rusia menargetkan infrastruktur energi penting yang mendukung pekerjaan kompleks industri pertahanan Ukraina serta pabrik yang memproduksi peralatan militer," pernyataan kementerian itu dikutip dari Russia Today.
Rincian lebih lanjut tentang tingkat kerusakan belum diberikan.
Sebelumnya, media dan pejabat Ukraina telah melaporkan gelombang serangan di berbagai wilayah, yang mendorong perusahaan listrik nasional untuk memberlakukan pemadaman darurat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia meluncurkan sebanyak 120 rudal termasuk jenis hipersonik dan 90 drone kamikaze untuk menggempur negaranya.
Ia mengatakan bahwa pasukannya berhasil menghadang 140 target yang masuk, meski ada sejumlah fasilitas rusak.
Baca juga: Ukraina Siapkan Dana Rp29 Triliun Kembangkan Drone Untuk Serang Rusia
Ukrainska Pravda melaporkan, sepuluh warga tewas di wilayah Sumy pada Minggu (17/11/2024) malam tadi.
Sementara sebanyak 50 orang lainnya mengalami luka-luka dalam sebuah serangan rudal balistik Rusia.
Wali Kota Sumy Artem Kobzar, penjabat Wali Kota Sumy, dalam sebuah video di Telegram mengatakan, bahwa sebuah bangunan apartemen mengalami kerusakan yang signifikan, dengan banyak orang jadi korban.
"Serangan rudal balistik lainnya di kota Sumy menargetkan sebuah bangunan tempat tinggal. Kami sedang menuju ke lokasi serangan bersama dengan seorang perwakilan Palang Merah; informasi terbaru akan menyusul," kata Kobzar.