Terbaru, UNIFIL melaporkan bahwa sebuah peluru artileri berkaliber 155mm menghantam markas mereka di sektor barat Lebanon Selatan.
Kemudian pada tanggal 14 November kemarin UNIFIL melaporkan bahwa salah satu rombongan mereka diserang oleh individu bersenjata tidak dikenal yang dicurigai sebagai IDF, saat menjalankan misi di Lebanon selatan.
Serangan IDF ke Markas UNIFIL Tuai Kecaman
Sejumlah negara di dunia bereaksi terhadap serangan IDF ke markas pasukan penjaga perdamaian PBB di LebanoN termasuk diantaranya AS.
Lewat Juru bicara Dewan Keamanan Amerika Serikat, Adrienne Watson, AS mengatakan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap serangan Israel ke markas UNIFIL.
Ia mengimbau IDF tidak mengancam keamanan pasukan perdamaian PBB yang ada di negara tersebut.
Kecaman serupa juga dilontarkan Kementerian Pertahanan Italia. Mereka mengatakan bahwa serangan Israel ke markas UNIFIL sama sekali tidak dapat diterima karena sudah termasuk kejahatan perang.
"Ini bukan kesalahan dan kecelakaan. Hal ini dapat dianggap sebagai kejahatan perang dan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum militer internasional," jelas Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto.
Senada dengan yang lainnya Kementerian Luar Negeri Prancis juga mengutuk serangan Israel ke markas UNIFIL.
"Perlindungan pasukan penjaga perdamaian merupakan kewajiban yang berlaku bagi semua pihak yang berkonflik," bunyi pernyataan Kemenlu Prancis.
Merespon kecaman yang dilontarkan para sekutunya, IDF berdalih serangan ke markas UNIFIL dilakukan setelah mereka mendeteksi ancaman Hizbullah di daerah tersebut.
IDF kemudian menyatakan bahwa pihaknya memberikan peringatan UNIFIL untuk mengungsi beberapa jam sebelum serangan.
"Para prajurit beroperasi di Lebanon selatan mengidentifikasi sebuah ancaman mendesak terhadap mereka. Para prajurit merespons dengan menembak ke arah ancaman itu," ujar IDF, seperti diberitakan The Times of Israel.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)