Rusia Ancam Perang ke Korea Selatan Kalau Berani Kirim Senjata ke Ukraina
TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengancam Korea Selatan kalau hubungan kedua negara yang selama ini terjalin akan berubah menjadi peperangan jika mereka ikut membantu Ukraina dalam perang yang berlangsung.
Pasokan senjata Korea Selatan ke Ukraina akan sepenuhnya menghancurkan hubungan antara Seoul dan Moskow, Rusia akan menanggapinya dengan segala cara yang diperlukan, kata Wakil Menteri Luar Negeri Federasi Rusia Andrey Rudenko.
Baca juga: Pantas Rusia Mengamuk, Storm Shadow Ukraina yang Dipasok Inggris Rupanya Hantam Bunker Putin
"Seoul harus menyadari bahwa kemungkinan penggunaan senjata Korea Selatan untuk membunuh warga Rusia akan sepenuhnya menghancurkan hubungan antara kedua negara. Tentu saja, kami akan menanggapi dengan segala cara yang kami anggap perlu. Tidak mungkin ini akan memperkuat keamanan Republik Korea sendiri," kata Rudenko kepada TASS, dikutip Senin (25/11/2024).
Diplomat tersebut meminta Seoul untuk menilai situasi dengan serius dan menahan diri dari "langkah gegabah."
"Saya berharap agar pemerintahan Republik Korea akan berpedoman terutama pada kepentingan nasional jangka panjang, dan bukan pada pertimbangan oportunistik jangka pendek yang didorong dari luar," pungkas Wakil Menteri Luar Negeri.
Rusia Siapkan Taktik Meat Grinder Rebut Wilayah Ukraina
Perang Rusia-Ukraina belum juga menandakan segera berakhir. Kedua belah pohak ngotot untuk saling menyerang di Donbass, timur Ukraina.
Ukraina yang dibela oleh puluhan negara sekutu Barat, kini telah diizinkan menembak bagian dalam Rusia dengan rudal buatan AS, Inggris dan Prancis.
Sementara Rusia juga diperkuat dengan pasukan Korea Utara dan telah menembakkan rudal hipersoniknya untuk pertama kali ke Dnipro, Ukraina.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1005: Putin Bakal Hapus Utang Warganya yang Ikut Bertempur
Dalam beberapa bulan ini korban pertempuran pun terus bertambah. Setiap harinya Ukraina melaporkan jumlah pasukan Rusia yang dieliminasi rata-rata 1.000. Demikian juga Kementerian Pertahanan Rusia yang mengklaim berhasil menewaskan rata-rata 1.000 pasukan Ukraina.
Di wilayah Kursk, Ukraina yang menginvasi wilayah tersebut kini mulai berdarah-darah karena terus didesak dan diadu dengan pasukan Korea Utara yang dikerahkan ke wilayah tersebut untuk membantu Rusia.
Rusia yang didukung oleh persenjataan lengkap dan jumlah pasukan lebih banyak dari Ukraina diduga kembali melakukan taktik "penggiling daging".
Taktik yang dilakukan pada era Sovyet, dan diterapkan di awal-awal invasi pada 2022 itu kini kembali diterapkan dalam beberapa bulan belakangan setelah Ukraina menginvasi Kursk.
Strategi penggiling daging adalah pendekatan perang kolektif dengan kepadatan dan intensitas pasukan yang tinggi untuk mengalahkan musuh.
Dengan jumlah yang lebih banyak, maka pasukan lawan bakalan kalah jumlah jika perbandingan korban tewas dengan musuh satu berbanding satu, maka Rusia akan memenangkan peperangan karena jumlah yang hidup masih banyak.
Biasanya perang ini dilakukan secara brutal, seperti yang terjadi saat perebutan kota Bakhmut dan Mariupol.
Kota-kota lainnya di Donetsk pun akhirnya menyerah dan jatuh ke Rusia tanpa perlawanan seperti Ugledar dan Selidovo, akibat militer Ukraina tak mau prajuritnya jadi korban kebrutalan penggilingan daging Rusia.
Baca juga: Perempuan Mantan Guru TK Sukses Jatuhkan Rudal Canggih Rusia Kh-101 Pakai Manpads di Bahu
Ukraina lebih memilih menarik mereka untuk bertahan di dua benteng terkuat Donetsk, Pokrovsk dan Kurakhovo.
Tampaknya Rusia mulai menitik dua kota Donetsk ini. Keduanya merupakan benteng kuat Ukraina di Donetsk dan Rusia dianggap sedang mempersiapkan strategi penggilingan daging di dua kota itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan mengeluhkan jumlah pasukannya yang sedikit hingga dengan mudah dikalahkan dalam perebutan wilayah di sejumlah kota.
Jumlah pasukannya di garis depan semakin menyusut hingga perbandingannya adalah 1:8 dengan jumlah pasukan Rusia.
Media Barat The Conversation mengabarkan, strategi penggilingan daging Rusia mampu mengepung dan menyerang secara bergelombang dengan meriam yang di tembakkan tanpa berhenti.
Baca juga: Perempuan Mantan Guru TK Sukses Jatuhkan Rudal Canggih Rusia Kh-101 Pakai Manpads di Bahu
Hal ini menyebabkan lawan lelah baik fisik maupun psikologis hingga akhirnya kalah tertembak atau menyerah.
"Penggiling daging" menjadi bagian dari taktik militer Soviet. Frasa "kuantitas memiliki kualitasnya sendiri" memiliki akar yang tidak dapat dibuktikan dalam kepemimpinan Stalin selama perang dunia kedua.
Pertempuran penting seperti Stalingrad dan Kursk melibatkan pengerahan jutaan tentara, dan tentara Soviet akhirnya menghancurkan serangan kilat Nazi melalui kekuatan besar di garis depan timur.
Demikian juga dengan Vladimir Putin yang nampaknya getol meneruskan strategi ara pendahulunya tersebut.
Diperkirakan lebih dari 70.000 tentara Rusia telah tewas sejak 2022. Namun telah dilaporkan bahwa tingkat korban Rusia kini meningkat lebih cepat karena militernya semakin bergantung pada pejuang yang tidak berpengalaman.
Rekrutan sipil kini menjadi bagian terbesar dari kematian sejak invasi dimulai. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh kurangnya pengetahuan militer mereka dalam lingkungan pertempuran yang menantang melawan musuh yang sangat termotivasi.
Kini, penggiling daging Putin terus berkembang. Pemerintah Rusia mengumumkan rencana untuk menghabiskan Rp 2.655 triliun untuk keamanan dan pertahanan nasional pada tahun 2025, setara dengan 41 persen dari pengeluaran pemerintah tahunan.
Semua pria sehat berusia 18 hingga 30 tahun sekarang dapat direkrut, dan Rusia baru-baru ini memerintahkan penambahan ketiga pasukan Rusia.
Perekrutan 180.000 tentara tambahan akan menjadikan tentara Rusia sebagai yang terbesar kedua di dunia, dengan hampir 2,4 juta anggota. Namun, tentara ini tidak memenuhi syarat dan hanya menawarkan sedikit perlindungan bagi prajurit individu.
Ukraina pun akhinya ikut-ikutan dengan membuat undang-undang wajib militer baru pada bulan April 2024.
UU tersebut menurunkan usia wajib militer menjadi 25 tahun, dan telah mencapai titik di mana pria yang memenuhi syarat sekarang diseret menjauh dari restoran dan klub malam oleh perekrut tentara.
Militer Rusia berupaya merebut wilayah sebanyak mungkin, mungkin dengan satu tujuan pada kesepakatan gencatan senjata yang potensial.
Donald Trump mengatakan ia akan mengakhiri bantuan militer ke Ukraina jika terpilih, mengakhiri perang dalam "satu hari".
Ini bisa berarti bahwa Kiev akan dipaksa untuk menyerahkan wilayah Ukraina di sepanjang garis pendudukan saat ini. Analis telah berkomentar bahwa ini adalah salah satu motivasi untuk serangan Kursk Ukraina di dalam Rusia pada bulan Agustus, karena wilayah yang direbut oleh Ukraina akan menjadi alat tawar-menawar yang berharga dalam negosiasi.
(oln/ewa/MNA/*)