Ketiga calon gubernur tersebut yaitu Luluk Nur Hamidah, Khofifah Indar Parawansa, dan Tri Rismaharini.
Bloomberg secara khusus menyoroti Khofifah Indar Parawansa, yang menurut jajak pendapat menunjukkan bahwa ia dan wakilnya, Emil Dardak, memiliki peluang terbaik untuk menang, meski bukan lahir dari "dinasi politik."
"Beberapa hal tidak berubah dengan adanya demokrasi. Politik dinasti merupakan hal yang umum di Asia Tenggara, dan keluarga-keluarga yang berkuasa masih memegang kendali kekuasaan di Indonesia," tulis Bloomberg.
"Sebaliknya, Khofifah memiliki citra publik sebagai pemimpin yang rendah hati dan keibuan. Popularitasnya berasal dari keyakinannya. Ia telah menduduki posisi penting dalam jaringan afiliasi yang merupakan bagian dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama yang moderat."
"Dengan lebih dari 45 juta anggota, NU sangat berpengaruh di daerah perkotaan dan pedesaan di negara Muslim terbesar di dunia. NU mendukung jaringan akar rumput yang terdiri dari sekolah, universitas, rumah sakit, dan kelompok pertanian."
Meskipun ada kuota yang mengharuskan partai untuk mengajukan minimal 30 persen kandidat perempuan, representasi perempuan dalam politik masih sangat kurang, menurut Bloomberg.
"Kandidat seperti Khofifah, yang telah memenangkan kepercayaan dan dukungan pemilih, adalah apa yang dibutuhkan negara yang terletak strategis ini, yang membentang di antara Samudra Pasifik dan Hindia, saat mengarungi persaingan antara AS dan Tiongkok serta lingkungan ekonomi global yang melambat."
Di bagian penutup, Bloomberg menyebut pemilih di seluruh dunia merasa bahwa mereka terus-menerus disuguhi pilihan yang sama, dan Indonesia tidak jauh berbeda.
"Sudah saatnya generasi lama keluar dari persaingan. Generasi berikutnya sudah siap."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)