Banyaknya negara yang ingin bergabung dengan BRICS ini pun melecut keinginan untuk membuat meta uang baru bagi anggotanya.
Usulan ini pertama kali dilontarkan oleh pemimpin salah satu negara anggota BRICS yakni Luiz Inácio Lula da Silva dari Brasil.
Pada tahun 2023 lalu, Lula yang menjabat sebagai Presiden Brasil mengusulkan pembuatan mata uang bersama bagi anggota BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS.
Penggunaan mata uang BRICS dan jaringan perbankan di luar sistem berbasis dolar AS dapat memungkinkan negara-negara anggota seperti Rusia, China, dan Iran menghindari sanksi Barat.
Namun, peluang pembentukan mata uang baru tampaknya kecil mengingat perbedaan ekonomi dan geopolitik di dalam aliansi tersebut.
Berbicara kepada wartawan menjelang pertemuan puncak BRICS di Rusia pada Oktober, Presiden Rusia, Vladimir Putin tak begitu ambil pusing untuk memprioritaskan wacana tersebut.
" Saat ini kita tidak mempertimbangkan masalah ini (Mata uang BRICS)." ungkap Putin kala itu seperti yang dikutip dari CNN>
"Waktunya belum tiba. Kita harus sangat hati-hati dan bertindak secara bertahap, tanpa tergesa-gesa," kata Putin saat ditanya tentang langkah-langkah menuju pengembangan mata uang bersama.
Putin juga menambahkan bahwa kelompok BRICS masih mempelajari kemungkinan penggunaan mata uang nasional yang lebih luas dan meningkatkan koordinasi antara bank sentral mereka untuk mendukung perdagangan.
Selama KTT BRICS pada bulan Oktober, Putin dan pemimpin China, Xi Jinping, berusaha menyampaikan pesan bahwa negara-negara Barat tak sadar bahwa mereka saat ini terisolasi dari pemikiran bahwa "mayoritas global" saat ini mendukung upaya mereka untuk menantang kepemimpinan global Amerika.
(Tribunnews.com/Bobby)