TRIBUNNEWS.COM - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China terus memanas jelang pelantikan Presiden Terpilih Donald Trump pada Januari 2025 mendatang.
Ketegangan tersebut tercerminkan dalam kebijakan terbaru pemerintahan Xi Jinping yang kini melarang ekspor bahan baku Gallium dan Germanium ke AS.
Dikutip dari Reuters, China dikabarkan akan melarang ekspor ke AS untuk barang-barang yang terkait dengan gallium, germanium, antimon, dan material superkeras lainnya yang memiliki potensi aplikasi militer.
Gallium dan germanium sering digunakan dalam produksi bahan semikonduktor.
Selain itu, germanium juga digunakan dalam teknologi inframerah, kabel serat optik, dan sel surya.
Kabar tersebut disampaikan dalam pernyataan Kementerian Perdagangan China pada Selasa ini (3/12/2024).
Kebijakan ini diduga sebagai respons Beijing terhadap langkah Washington yang sehari sebelumnya Senin (2/12/2024) menerbitkan regulasi baru yang berdampak negatif pada sektor produksi chip di China.
Pada hari tersebut, AS meluncurkan sanksi keras ketiganya dalam tiga tahun terhadap industri semikonduktor China dengan membatasi ekspor ke 140 perusahaan, termasuk pembuat peralatan chip Naura Technology Group.
Adapun perintah Beijing mengenai larangan ekspor barang-barang yang disebut sebagai bahan "dual-use" (dua kegunaan) dilakukan dengan alasan perlindungan keamanan dan kepentingan nasional.
Selain melarang ekspor, pemerintah China dikabarkan juga akan meningkatkan pemeriksaan yang lebih ketat terhadap penggunaan akhir barang grafit yang dikirim ke Amerika Serikat.
"Pada prinsipnya, ekspor gallium, germanium, antimon, dan material superkeras ke Amerika Serikat tidak akan diperbolehkan," kata kementerian Perdagangan China dalam pernyataannya
Baca juga: AS Setujui Penjualan Alutsista Senilai Rp 6,9 Triliun kepada Taiwan, China pun Meradang
Pembatasan ini memperkuat penegakan pembatasan ekspor yang sebelumnya sudah diberlakukan terhadap bahan mineral kritis yang mulai diberlakukan Beijing tahun lalu.
Namun demikian, aturan terbaru ini hanya berlaku untuk Amerika Serikat.
Aturan baru dari Beijing ini sekaligus meningkatkan eskalasi perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald Trump.
Sebelum pelarangan tersebut, pengiriman produk antimon China secara keseluruhan pada bulan Oktober merosot 97 persen dibandingkan September setelah langkah Beijing untuk membatasi ekspornya mulai berlaku.
China menyumbangkan 48 persen total antimon yang ditambang secara global pada tahun lalu.
Antimon merupakan bahan alam yang sering digunakan dalam produksi amunisi, misil inframerah, senjata nuklir, teropong penglihatan malam, baterai, dan peralatan fotovoltaik.
(Tribunnews.com/Bobby)