Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Semua orang bisa merasa kesepian atau terisolasi, namun khususnya di Jepang tidak ada budaya untuk ke tempat ibadah guna menghilangkan kesepian, apalagi rutin ke tempat ibadah itu setiap minggu.
"Di Jepang tidak ada budaya untuk menghilangkan kesepian atau terisolasi dengan pergi ke tempat beribadah seperti gereja," papar Profesor Mitsunori Ishida, Profesor Letters, Arts and Sciences, School of Culture, Media and Society Universitas Waseda khusus kepada Tribunnews.com Selasa ini (3/12/2024).
Yang ada di Jepang adalah budaya seperti menguburkan jenazah dengan kepercayaan mereka.
"Jadi memang tak ada budaya rutin ke tempat ibadah seperti ke gereja setiap minggu yang kemudian bersosialisasi di tempat ibadah tersebut," katanya.
Jadi, tambahnya, karena tak ada budaya ke tempat beribadah seperti ke gereja, mereka tidak anggap sebagai tempat untuk curhat untuk melepaskan masalah kehidupannya di sana.
Baca juga: Pelajar Indonesia dan Singapura di Jepang Menandatangani Kesepakatan Kerjasama di Tokyo
"Apalagi kalau muncul kelompok keagamaan baru di sekitar tempat tinggalnya, maka kereka akan semakin berhati-hati sekali menghadapinya. Sikap alert akan muncul apabila ada kelompok keagamaan muncul di sekitarnya."
Agama tidak bisa menyebar luas di Jepang karena tidak adanya budaya mengaitkan agama ke kehidupan sehari-harinya.
Selain itu pada tahun 1985 jumlah lelaki dan wanita yang tidak menikah mencapai titik yang sama sekitar 4,5 poin.
Namun setelah 1985 angka lelaki yang tidak menikah semakin besar dibandingkan wanita yang sebelum 1985 justru lebih besar daripada lelaki.
"Jumlah lelaki yang tidak menikah itu karena lelaki yang meskipun menikah lagi akan cerai kembali umumnya," katanya.
Sedangkan wanita yang cerai umumnya menikah kembali.
Angka tersebut tidak dicatat dalam data bagi yang menikah kembali atau yang menikah.
"Data itu hanya mencatat yang tidak menikah dan lelaki memang jauh semakin banyak meningkat yang tidak menikah setelah tahun 1985," tuturnya.
Dengan demikian tidak ada kaitan dengan peristiwa gempa bumi dahsyat Hanshin Awaji tahun 1985 aatau pun tak ada kaitan dengan ekonomi bubble yang terjadi tahun 1985, tekannya lebih lanjut.
Sementara itu bagi para pengusaha UKM Handicraft Indonesia dan pecinta Jepang dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dan Handicraft dengan mengirimkan email ke: tkyjepang@gmail.com Subject: WAG Pecinta Jepang/Handicraft. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.