S-300 milik Yunani didapatkan negara itu pada akhir 1990-an.
Awalnya S-300 itu dipesan oleh Siprus yang pada tahun 1997 hingga 1998 terlibat ketegangan dengan Turki.
Turki mengancam akan menyerang setelah Siprus jika tidak mengembalikan S-300 kepada Rusia.
Siprus enggan memenuhi permintaan Turki karena pembelian S-300 itu merupakan upaya Siprus untuk mengembangkan sistem pertahanan udaranya.
Di sisi lain, Turki hampir tiap hari masuk ke zona udara Siprus tahun 1995. Oleh karena itu, Siprus memesan S-300 untuk melindungi kedaulatan udaranya.
Ketika pembelian S-300 itu terungkap, Turki ternyata memesan rudal dari Israel yang bisa digunakan untuk menghancurkan S-300.
Karena takut ancaman Turki dalam konflik Siprus bisa menyeret Yunani, negara-negara Barat mulai meminta penghentian pemasangan S-300 di Siprus.
Siprus sendiri menyatakan S-300 akan batal dipasang jika Turki bersedia untuk tidak melanggar lagi kedaulatan udara Siprus. Namun, Turki menolaknya.
Kemudian, pada bulan Desember 1998 pemerintah Siprus memutuskan S-300 itu akan dipindahkan ke Kreta, Yunani, demi mengindari risiko politik. Sebagai gantinya, Siprus akan mendapatkan senjata lain dari Yunani.
Karena takut menghadapi risiko dan mempertaruhkan reputasinya dalam politik Eropa, Siprus tak langi ngotot mendapatkan S-300.
Pada tahun 2007 sistem pertahanan tersebut dijual secara permanen kepada Yunani.
(Tribunnews/Febri)