TRIBUNNEWS.COM – Para dokter di Palestina dan dunia mendesak masyarakat global membuka koridor kemanusiaan di Jalur Gaza agar 25.000 pasien bisa dievakuasi ke rumah-rumah sakit di Yerusalem Timur.
Desakan ini disampaikan para aliansi dokter saat konferensi pers di Rumah Sakit Augusta Victoria di Yerusalem Timur, Rabu (4/12/2024).
Dalam keterangan resminya para dokter mengungkap bahwa saat ini ada 25.000 pasien di Gaza yang sangat membutuhkan perawatan medis karena kondisi mereka yang kritis.
Akibat agresi militer Israel yang melumpuhkan sebagian besar fasilitas medis di wilayah kantong Palestina itu.
Israel diketahui sengaja membatasi akses warga Palestina ke rumah-rumah sakit di sana dengan menangguhkan izin khusus sejak serangan Israel dimulai pada Oktober 2023.
Tak hanya itu, militer Israel juga melakukan penutupan akses di wilayah perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir sejak Mei kemarin.
Hal ini lantas membuat rumah-rumah sakit di Gaza menghadapi kelangkaan obat-obatan dan pasokan medis selama konflik.
Evakuasi pasien yang jadi korban serangan juga sulit dilakukan karena Israel menutup akses ke luar Gaza secara ketat.
“Situasi di Gaza sangat buruk," kata Dr. Fadi Al-Atresh, Direktur Utama RS Augusta Victoria, seraya menegaskan pentingnya koridor kemanusiaan dibuka lagi, mengutip Anadolu.
Dr. Guy Shalev, direktur eksekutif Physicians for Human Rights, mengutuk penderitaan yang sedang berlangsung di Gaza.
Ia menegaskan bahwa membuka kembali koridor kemanusiaan adalah satu-satunya solusi berkelanjutan untuk keadaan darurat medis yang merenggut nyawa setiap hari.
Baca juga: Israel Tempatkan Tank dan Sniper di RS Gaza Utara, Tuduh Ada Markas Bawah Tanah Pejuang Hamas
"Tidak ada harapan lagi bagi warga sipil di Gaza selama serangan ini terus berlanjut, dan tidak ada batasan yang diberikan kepada Israel untuk menghentikan tindakannya," ujar Shalev.
Mengantisipasi bertambahnya korban jiwa di Gaza akibat krisis kesehatan, para dokter internasional mengusulkan tiga langkah penting untuk mengatasi krisis tersebut.
Pertama, membuka jalur evakuasi yang aman bagi pasien ke rumah-rumah sakit di Yerusalem Timur, Tepi Barat, atau negara-negara ketiga.