Sekjen Hizbullah: Kami akan Bantu Suriah, Oposisi Anti-Rezim Assad Antek Israel dan Amerika
TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, Jumat (6/12/2024) mengatakan kelompok itu “telah melalui fase yang paling sulit sejak didirikan.”
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, Qassem mengatakan pemulihan kepemimpinan dan struktur partai memainkan peran penting dalam mencapai kemenangan melawan Israel.
Baca juga: Roket-Roket Hizbullah Hasilkan Biaya Perbaikan Pemukiman di Utara Israel Capai Rp 10,877 Triliun
Pemulihan kepemimpinan yang dimaksud adalah suksesi dan regenerasi pucuk pimpinan di Hizbullah sejak Israel menargetkan Hassan Nasrallah pada 27 September 2024 silam.
"Agresi brutal musuh bertujuan untuk menghancurkan perlawanan dan menghapus kehadirannya,” kata Qassem.
Dia mengungkapkan kalau Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 27 November 2024, lebih dari 60 kali.
Qassem meminta pemerintah Lebanon bertanggung jawab untuk memantau pelanggaran gencatan senjata.
Baca juga: Bukan Hanya Hizbullah, Israel Ancam Sikat Tentara Lebanon yang Jadi Wasit Gencatan Senjata
Dia menyoroti tiga faktor kunci yang berkontribusi pada kemenangan mereka dalam pertempuran ini.
Faktor pertama adalah kehadiran pejuang mencari kemartiran di lapangan dan ketahanan mereka.
Faktor kedua adalah darah para martir, yang dipimpin oleh Hassan Nasrallah, yang memberi momentum kepada para pejuang untuk melanjutkan perjuangan mereka.
Faktor ketiga adalah pemulihan resistensi dari struktur kontrol, yang memungkinkannya untuk mengelola pertempuran secara efektif.
Mengenai perkembangan terakhir di Suriah, Qassem mengatakan bahwa Hizbullah akan berdiri bersama pemerintah Suriah untuk menggagalkan “agresi”.
Dia menambahkan kalau faksi-faksi oposisi bersenjata anti-rezim Bashar Al-Assad adalah “alat untuk Israel dan Amerika Serikat”.
"Kami menghadapi proyek ekspansionis Israel yang berbahaya, dan saya meminta Anda untuk mendukung perlawanan terhadap Israel," lanjutnya.