TRIBUNNEWS.COM - Para anggota parlemen Korea Selatan memutuskan untuk mencopot Presiden Yoon Suk Yeol dari jabatannya sebagai presiden Korsel, Sabtu (14/12/2024).
Pengumuman ini dirilis setelah parlemen memberikan suara atas usulan untuk memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol atas pengumuman darurat militernya pekan kemarin.
Mengutip Al Jazeera, dari 300 anggota parlemen, 204 anggota memilih untuk memakzulkan presiden atas tuduhan pemberontakan sementara 85 anggota parlemen memilih menolak.
Sementara tiga anggota memilih abstain, dengan delapan suara dibatalkan
Atas putusan parlemen ini, Yoon kini resmi dimakzulkan dari jabatannya.
Pada pembukaan rapat Majelis Nasional, Ketua DPR Woo Won-shik menyatakan bahwa “beban sejarah” berada di tangan para anggota majelis.
Park Chan-dae, pemimpin partai oposisi utama Partai Demokratik Korea, menyatakan bahwa “Yoon adalah dalang pemberontakan”.
Ia menambahkan, pemungutan suara pemakzulan adalah “satu-satunya cara” untuk “menjaga konstitusi” Korea Selatan.
Terlebih, hingga kini Yoon tetap tidak menyesali perbuatannya dan bersikap menantang saat dampak dari deklarasi darurat militernya semakin menimbulkan dampak mendalam.
Sebagai informasi pemakzulan ini jadi kali kedua dalam sejarah Korsel.
Baca juga: Yoon Suk Yeol Dimakzulkan, Ini Sosok Presiden Sementara Korea Selatan
Setelah sebelumnya Park Geun-hye, presiden konservatif lainnya, pernah dimakzulkan pada bulan Desember 2016 dan dicopot dari jabatannya pada bulan Maret 2017 karena menyalahgunakan wewenang dan melakukan pemaksaan.
PM Korsel Maju Jadi Presiden Sementara
Pasca Yoon Suk Yeol dimakzulkan, Perdana Menteri Han Duck-soo otomatis akan mengambil alih tugas Yoon sebagai presiden sementara.
Dalam keterangan resminya PM Han Duck-soo berjanji akan berusaha keras menstabilkan situasi politik usai drama darurat militer Presiden Yoon Suk Yeol.
Dia meminta semua pihak dan elemen masyarakat di Korsel untuk bekerja sama membangun stabilitas negara.
Han mengatakan, Kabinet akan berupaya keras untuk memastikan fungsi pemerintahan tetap stabil, dan mendesak pejabat publik untuk melaksanakan tugas mereka dengan "rasa tekad yang luar biasa."
Ia juga meminta para pejabat ekonomi untuk mengerahkan semua langkah yang tersedia guna mencegah ketidakstabilan di pasar keuangan.
Serta bekerja sama dengan organisasi internasional dan lembaga pemeringkat kredit untuk mengomunikasikan upaya pemerintah dalam menstabilkan ekonomi.
"Pemerintah akan mendedikasikan semua upayanya untuk memastikan stabilitas awal urusan negara, semata-mata sesuai dengan kehendak rakyat," kata Han yang dikutip oleh kantor berita Korean Times.
Ribuan Warga Geruduk Rumah Presiden
Adapun pemakzulan dilakukan setelah ribuan demonstran menyerukan pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.
Menurut laporan Korea Herald, demonstran yang terdiri dari anggota serikat buruh Korea Confederation of Trade Unions (KCTU) dan kelompok sipil liberal ini memulai aksi mereka di dekat Seoul Plaza sebelum melanjutkan march menuju pintu masuk kediaman presiden di Hannam-dong.
Di sepanjang jalan, para demonstran meneriakkan slogan-slogan seperti "Tangkap pemimpin pemberontakan Yoon Suk Yeol".
Baca juga: Presiden Korsel Yoon Hadapi Upaya Pemakzulan Kedua
Menariknya, demo di Korea Selatan menjadi perhatian seluruh dunia ini lantaran tidak anarkis dan berlangsung tertib.
Bahkan, ada beberapa momen unik mulai dari membawa lightstick fandom K-Pop, noraebang hingga bawa poster.
Selain itu, ada lagu terbaru AESPA, girl grup idol dari SM Entertainment dengan judul "Whiplash" turut memanasi jalan yang penuh dengan pendemo.
Desakan tersebut yang kemudian membuat Majelis Nasional unikameral menggelar pemungutan suara untuk memakzulkan Yoon.
Kendati Partai Kekuatan Rakyat (PPP) konservatif pimpinan Yoon memboikot pemungutan suara pemakzulan, namun hal tersebut tak membuat pemakzulan gagal dilakukan.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa 75 persen orang sekarang mendukung pemakzulan Yoon dari kursi pemerintahan Presiden.
(Tribunnews.com/Namira Yunia)