"Apa yang menyebabkan jatuhnya Assad adalah krisis legitimasi dan inkompetensi," ujarnya. "Hal yang sama juga berlaku untuk pemerintah Iran, yang semakin gagal memenuhi kebutuhan dasar warganya."
Zeidabadi menyoroti masalah seperti kelangkaan bahan bakar, pemadaman listrik, pembatasan internet, dan krisis polusi, dengan mengutip contoh terbaru seperti pemadaman listrik berkepanjangan di kota-kota besar dan tingkat polusi udara yang sangat tinggi di Teheran.
Krisis yang terus berlangsung ini telah memicu kemarahan publik, dan memperdalam ketidakpuasan terhadap pemerintah. Zeidabadi menunjuk pada kesamaan sejarah, dengan mengatakan, "Nasionalisasi minyak di Iran menginspirasi gerakan serupa di Mesir, sementara Gerakan Hijau pada 2009 berperan dalam memicu Arab Spring. Demikian juga, Arab Spring memengaruhi pemimpin Gerakan Hijau, yang akhirnya berujung pada tahanan rumah mereka."
Namun, ia juga berpendapat bahwa Iran tidak serta-merta mengikuti jalur Suriah. Ia juga menambahkan, "sementara dinamika geopolitik dan sejarah Timur Tengah menciptakan takdir yang saling terkait, ini tidak otomatis menempatkan Iran dalam efek domino."
Kekecewaan publik yang semakin mendalam terhadap rezim
Mehdi Mahmoudian, aktivis dan mantan tahanan politik, menyoroti kredibilitas dan efektivitas Republik Islam yang terus menurun. Hal ini ia kaitkan dengan kegagalan rezim yang terus berulang dalam menangani isu-isu domestik utama, dan hilangnya kepercayaan dari warga serta komunitas internasional.
Ia menekankan ketidakmampuan rezim untuk memenuhi janji-janji pemulihan ekonomi, atau menjaga pemerintahan yang konsisten, dan hanya memperdalam kekecewaan publik.
"Rezim telah kehilangan legitimasi dan kemampuannya untuk berfungsi semestinya," ujar Mahmoudian. "Runtuhnya Assad menegaskan betapa kecilnya pengaruh Teheran saat ini dalam negosiasi dengan Barat."
Mahmoudian mendesak pemerintah Barat untuk mengadopsi pendekatan yang lebih strategis dalam mendukung perubahan di Iran. "Fokus Barat sering kali hanya pada kepentingan ekonomi, dengan mengorbankan hak asasi manusia di Iran," ujarnya. Ia menganjurkan sanksi internasional yang lebih kuat yang menargetkan kepemimpinan rezim sambil melonggarkan pembatasan yang merugikan warga.
"Alih-alih intervensi langsung, negara-negara Barat harus fokus pada penguatan masyarakat sipil di Iran," tambahnya.
Meskipun penindasan terhadap perbedaan pendapat telah meningkatkan risiko bagi mereka yang memprotes rezim, ada perasaan yang berkembang di kalangan rakyat Iran bahwa peluang lain untuk perubahan bisa muncul, terutama ketika pengaruh regional Teheran mulai melemah.
Tersingkirnya Assad telah memperkuat kemungkinan itu, dan membuat banyak warga Iran bertanya-tanya apakah momen penghakiman untuk Republik Islam semakin dekat.
Artikel ini diadaptasi dari DW bahasa Inggris