AK-47 seharga 25 Dolar AS: Lebanon 'Banjir' Senjata Api Suriah Seusai Militer Rezim Assad Tumbang
TRIBUNNEWS.COM - Tumbangnya rezim Bashar al-Assad di Suriah yang diikuti keruntuhan militernya membuat negara itu kini dibanjir oleh senjata api.
Situasi itu dilaporkan mendorong para pedagang senjata Lebanon untuk mendapatkan keuntungan dengan membeli senjata murah di Suriah dan menyelundupkannya ke Lebanon.
Baca juga: Pasukan Israel Ada di Puncak Gunung Hermon Sepanjang Musim Dingin, Siapa Pengendali Suriah Sekarang?
"Senjata tersedia secara luas di Suriah, dan dijual di pasar gelap dengan harga murah. Harga AK-47, misalnya, sekitar 25 dolar AS (sekitar Rp 400 ribu-an)," kata sumber keamanan dan politik di Beirut dilansir The National, Rabu (18/12/2024).
"Pasar Lebanon dibanjiri senjata api Suriah, karena banyak pedagang yang bepergian ke Suriah untuk membeli senjata dan menyelundupkannya ke Lebanon. Wilayah utara negara itu kini penuh dengan senjata (eks-militer rezim yang tumbang) Suriah," sumber itu menjelaskan.
Sumber tersebut menambahkan, sekitar 3.000 buah senjata api telah diselundupkan melalui penyeberangan perbatasan ilegal, terutama di wilayah utara.
"Mayoritasnya dibuat di Cina. Ada bendera Suriah yang tercetak di sana, jadi para pedagang mencoretnya dan menawarkannya kembali di pasar Lebanon dengan harga sekitar 500 dolar per buah."
Sebuah sumber politik di Beirut mengonfirmasi “aliran tiba-tiba” senjata api dari Suriah dalam beberapa hari terakhir, seraya menambahkan kalau “Lebanon menyadari hal ini dan khawatir akan konsekuensinya”.
Kementerian Dalam Negeri Lebanon tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait situasi ini.
Senjata Bermuara di Hizbullah?
Runtuhnya tentara Suriah berlangsung cepat, menentukan, dan mengejutkan.
Hanya dalam waktu 12 hari, negara itu berubah dari apa yang tampak sebagai status quo yang bertahan lama menjadi runtuhnya dinasti Assad secara total.
Saat pemberontak bersiap mengambil alih Damaskus, Lebanon segera menutup semua penyeberangan perbatasan daratnya dengan Suriah kecuali satu penyeberangan utama yang menghubungkan Beirut dengan ibu kota Suriah.
Namun, banyak penyeberangan perbatasan ilegal, terutama di utara, tetap beroperasi.
Beberapa hari kemudian, Hayat Tahrir Al Sham, yang memimpin gerakan pemberontak yang menggulingkan presiden Suriah Bashar Al Assad, membangun kendali militer atas perlintasan perbatasan utama dengan Yordania dan Lebanon sembari mengonsolidasikan kendali di Suriah, kata para saksi dan komandan pemberontak kepada The National.
Lebanon telah lama berjuang menghadapi maraknya keberadaan senjata api dan persenjataan, dengan lembaga yang berkuasa, yang telah memerintah sejak perang saudara yang berlangsung antara tahun 1975 dan 1990, tetap bersenjata lengkap.
Di antara kelompok yang dominan adalah Hizbullah, yang berperang lama dan menghancurkan dengan Israel yang berakhir November lalu setelah gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) .
Sumber keamanan mengatakan bahwa salah satu dari banyak hal yang menjadi perhatian adalah bahwa “hampir setiap pihak bersenjata di Lebanon membeli senjata hasil selundupan”.
Perang Israel, ditambah dengan melemahnya kekuatan Hizbullah, menimbulkan kekhawatiran akan pertikaian internal di Lebanon, karena kelompok bersenjata lain mungkin mencoba menantang dominasi Hizbullah.
Pejabat AS yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata telah memperingatkan bahwa kemungkinan terjadinya perang saudara tidak dapat dikesampingkan.
Di sisi lain, politisi Lebanon telah menyaksikan keruntuhan rezim Suriah dengan rasa cemas.
Suriah menginvasi Lebanon pada tahun 1976 selama tahun-tahun awal perang saudara Lebanon, mempertahankan pendudukan dan memberikan pengaruh militer dan politik yang substansial selama hampir 30 tahun sebelum dipaksa keluar pada tahun 2005.
Selama beberapa dekade, rezim Suriah memegang kendali ketat atas urusan Lebanon, menyusup ke hampir semua aspek kehidupan.
Jabatan-jabatan tinggi di Lebanon hanya akan jatuh ke tangan sekutu Damaskus dan para penentangnya berisiko dibunuh, dan banyak pejabat rezim Suriah memiliki properti di Lebanon.
"Situasi di Suriah menakutkan. Kami memperkirakan akan terjadi konflik internal, dan ini menjadi sumber kekhawatiran bagi kami," kata sumber keamanan Lebanon lainnya.
Narasumber itu menambahkan bahwa "beberapa kepala keamanan yang mengawasi penyeberangan perbatasan dengan Suriah dan memiliki hubungan baik dengan rezim Suriah digantikan oleh yang lain untuk menghindari komplikasi".
Sumber tersebut menyatakan bahwa, meskipun belum ada pengumuman resmi mengenai angka-angka dari rezim Suriah yang akan pindah ke Lebanon setelah jatuhnya Damaskus, kemungkinan beberapa orang dari rezim Assad di Suriah akan berada di Lebanon.
(oln/thentnl/*)