Afghanistan adalah masyarakat kesukuan. Di Suriah, katanya, ada pola pikir yang berbeda.
Ia mengatakan ia percaya pada pendidikan untuk wanita.
"Kami memiliki universitas di Idlib selama lebih dari delapan tahun," kata Sharaa, merujuk pada provinsi barat laut Suriah yang telah dikuasai kelompok oposisi sejak 2011.
"Saya kira persentase perempuan di universitas lebih dari 60 persen."
Ketika ditanya apakah konsumsi alkohol akan diizinkan, Sharaa berkata:
"Ada banyak hal yang tidak berhak saya bicarakan karena itu masalah hukum."
Ia menambahkan bahwa akan ada komite ahli hukum Suriah untuk menulis konstitusi.
"Mereka akan memutuskan. Dan setiap penguasa atau presiden harus mematuhi hukum".
Sharaa bersikap santai selama wawancara, mengenakan pakaian sipil, dan mencoba memberikan jaminan kepada semua orang yang percaya kelompoknya belum melepaskan diri dari masa lalu ekstremisnya.
PBB Optimis
Mengutip The Independent, pernyataan Sharaa kepada BBC sesuai dengan optimisme PBB tentang pemerintahan baru Suriah.
"Saya pikir penting untuk mengatakan bahwa ada banyak harapan bahwa kita sekarang dapat melihat dimulainya Suriah yang baru," ujar Geir O Pedersen, utusan khusus PBB untuk Suriah, mengatakan kepada media di Damaskus.
Baca juga: Eks Orang Nomor 2 di Iran Sebut HTS Mirip Al-Qaeda dan ISIS, Suriah Hadapi Masa Suram ke Depan
Pedersen berharap Suriah akan mengadopsi konstitusi baru yang memungkinkan pemerintahan yang inklusif dan akan ada pemilihan umum yang bebas dan adil ketika saatnya tiba.
Pedersen menegaskan bahwa meskipun ada stabilitas di ibu kota, tantangan tetap ada di tempat lain, khususnya di timur laut Suriah, tempat milisi Kurdi yang didukung oleh AS bertempur dengan pasukan yang didukung oleh Turki.
Baik Amerika maupun Turki menduduki wilayah di Suriah, seperti halnya Israel.