TRIBUNNEWS.COM - Angkatan Bersenjata Houthi Yaman telah melakukan dua operasi melawan pendudukan Israel di wilayah pendudukan Palestina.
"Salah satu dari dua operasi tersebut dilakukan bersama dengan Perlawanan Islam di Irak, di mana serangan diarahkan pada sasaran-sasaran penting Israel di selatan wilayah Palestina yang diduduki," kata juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, di hadapan ribuan rakyat di Yaman, Jumat (20/12/2024).
Ia mencatat operasi tersebut dilakukan dengan sejumlah drone, yang berhasil mencapai tujuannya.
Setidaknya, angkatan udara tak berawak Angkatan Bersenjata Yaman melakukan operasi kualitatif, yang menyerang sasaran militer Israel di Jaffa yang diduduki.
Angkatan bersenjata Yaman menegaskan mereka akan menghadapi eskalasi Israel-Amerika terhadap negara tersebut dengan eskalasi serupa.
“Kami tidak akan ragu untuk menargetkan instalasi vital musuh Israel dan gerakan militer musuh Amerika yang menargetkan Yaman," katanya.
"Operasi angkatan bersenjata Yaman tidak akan berhenti kecuali agresi terhadap Gaza dihentikan dan pengepungan dicabut," lanjutnya.
Mereka menegaskan agresi Israel yang berlanjut di Gaza akan menyebabkan Houthi meluncurkan lebih banyak serangan ke target militer Israel.
“Kejahatan yang terus berlanjut terhadap saudara-saudara kita di Gaza hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan dan operasi gabungan dengan perlawanan Islam di Irak," tegasnya.
Ribuan rakyat Yaman melanjutkan unjuk rasa mingguan mereka untuk mendukung Gaza dengan berkumpul di Sanaa pada Jumat kemarin.
“Dengan Gaza, ada jihad, mobilisasi, kami siap untuk mencegah segala agresi,” kata mereka, seperti diberitakan Al Mayadeen.
Baca juga: Kementerian Keamanan Israel Diserang Rudal Houthi, IDF Kebingungan
Unjuk rasa tersebut menekankan kelanjutan dukungan Yaman untuk rakyat Palestina.
Sejak 19 November 2023, Houthi menargetkan kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya di Jalur Gaza.
Houthi mengatakan mereka tidak akan menghentikan serangannya di Laut Merah sampai berakhirnya agresi Israel di Jalur Gaza, pencabutan pengepungan di Jalur Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
Sementara itu sekutu Israel, AS, bersama Inggris membentuk koalisi Laut Merah untuk menyerang wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman dan menekan Houthi agar berhenti menyerang kapal-kapal terkait Israel di kawasan itu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 45.206 jiwa dan 107.512 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (20/12/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel