Perkembangan Negosiasi Gencatan Senjata, Israel Mau Bikin Gaza Bak Tepi Barat, Netanyahu Bikin Deal Politik
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah media Israel melaporkan perkembangan situasi negosiasi pertukaran sandera dan tahanan antara gerakan pembebasan Palestina, Hamas dan Israel demi tercapainya gencatan senjata.
Media Israel mengabarkan kalau delegasi perundingan Israel masih berada di Qatar, sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bergerak dalam koalisi pemerintahannya untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk kesepakatan pertukaran tahanan.
Baca juga: Bantah Laporan Mesir, Media Ibrani: Israel Tak akan Setuju Tarik Pasukan dari Poros Philadelphia
Otoritas Penyiaran Israel, KAN mengutip para pejabat yang terlibat dalam perundingan, melaporkan kalau masih ada kesenjangan dalam negoisasi mengenai kesepakatan pertukaran tahanan antara Gerakan Hamas dan Israel.
Sebaliknya, Channel 14 Israel mengutip seorang pejabat Israel, menyatakan kalau kesepakatan pertukaran mungkin tercapai pada akhir putaran perundingan saat ini.
"Namun akan memakan waktu dua minggu atau lebih," kata laporan tersebut dikutip Khaberni, Selasa (24/12/2024).
Netanyahu Bikin Deal Politik di Koalisi
Dalam konteks yang sama, surat kabar Israel Today melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membuat perhitungan politik yang diperlukan untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan bagi kesepakatan pertukaran tahanan di dalam pemerintahan.
Laporan tersebut menambahkan, Netanyahu menyadari keterbatasan kemampuannya untuk bermanuver dalam koalisi, namun dia berasumsi bahwa penentangan para menteri agama Zionis tidak akan menyebabkan mereka mundur dari pemerintahan.
"Sementara, Netanyahu merasa sulit untuk mengendalikan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
Surat kabar tersebut juga melaporkan kalau tim perunding menegaskan bahwa penerapan kesepakatan secara bertahap tidak dapat dibatalkan sampai perang berakhir, dengan imbalan pengembalian semua tahanan yang ditahan di Jalur Gaza.
Israel Broadcasting Corporation mengutip pemimpin oposisi, Yair Lapid, yang mengatakan bahwa Netanyahu takut jatuhnya pemerintahannya jika perang Gaza berakhir karena pertimbangannya bersifat politis.
Lapid menambahkan, “Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan di Gaza, dan perang harus dihentikan dan para sandera dikembalikan,” menekankan perlunya “memulangkan orang-orang kami yang diculik dari Gaza dan tidak mengadakan wawancara pers untuk merusak kemungkinan mencapai kesepakatan. ."
Adapun pemimpin partai "Israel Rumah Kita", Avigdor Lieberman, mengatakan Netanyahu bertindak hanya berdasarkan satu pertimbangan, yaitu mempertahankan koalisi pemerintahannya tanpa mempedulikan para sandera.
Lieberman menegaskan bahwa kesepakatan komprehensif dapat dicapai yang akan menghasilkan pembebasan semua orang yang diculik.
Di antara pernyataan Israel yang semakin intensif sehubungan dengan gerakan apa pun mengenai kesepakatan tersebut, Israel Broadcasting Corporation mengutip Menteri Kerjasama Regional Israel melaporkan kalau "pemukiman di Gaza tidak akan kembali dan bahwa kembalinya pemukiman tersebut tidak mungkin dilakukan."
Laporan mengatakan, prioritas utama adalah mengembalikan para sandera sekaligus dan mencapai kesepakatan yang komprehensif, dan perang harus diakhiri dan Gaza harus beralih ke model yang mirip dengan Tepi Barat, sambil bersikeras mempertahankan kendali atas poros Philadelphia, menurut laporan itu.
Kesepakatan Parsial
Sementara gerakan tekanan keluarga sandera Israel untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran terus berlanjut, surat kabar Yedioth Ahronoth mengatakan, seorang pejabat senior mengatakan kepada keluarga para tahanan bahwa hari-hari mendatang adalah hari yang menentukan mengenai nasib anak-anak mereka.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Israel sekarang mungkin hanya melakukan satu tindakan kesepakatan parsial.
Namun, surat kabar tersebut melaporkan bahwa perkiraan pejabat Israel – seperti yang disampaikan kepada keluarga para sandera – menunjukkan kemungkinan besar bahwa kesepakatan pertukaran tidak akan tercapai sebelum masa jabatan Presiden AS Joe Biden berakhir.
Pejabat Israel ini mengatakan kepada keluarga para tahanan bahwa dia yakin bahwa kesepakatan komprehensif adalah solusi untuk semua masalah.
Optimisme Faksi Palestina, Hamas-PIJ-FPLP Satu Suara
Tiga faksi milisi pembebasan Palestina menganggap kalau potensi tercapai perjanjian gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan lebih dekat dibandingkan sebelumnya jika Israel tidak menetapkan persyaratan baru.
Seorang pemimpin Gerakan Hamas, mengindikasikan kalau negosiasi kemungkinan menemui titik terang sebelum akhir tahun jika Perdana Menteri Israel tidak memblokirnya.
Hamas mengatakan - dalam sebuah pernyataan pada Sabtu kalau delegasi pihaknya, delegasi Jihad Islam, dan delegasi Front Populer untuk Pembebasan Palestina (FPLP) bertemu untuk membahas jalannya perang Israel di Gaza, d Kairo.
Pembahasan dilaporkan berkutat seputar perkembangan negosiasi tidak langsung untuk gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan serta semua variabel di tingkat regional.
Hamas juga mengatakan bahwa delegasi tiga faksi Palestina sepakat, “kemungkinan mencapai kesepakatan lebih dekat dari sebelumnya jika musuh berhenti menetapkan persyaratan baru.”
Hamas menambahkan: “Kami sepakat dengan para pemimpin Jihad dan Front Populer untuk terus berkomunikasi dan berkoordinasi mengenai semua perkembangan terkait agresi Israel terhadap rakyat kami dan negosiasi gencatan senjata.”
Belum Ada Pemahaman yang Sama Soal Masalah Mendasar
Di sisi lain, media Israel menyimpulkan bahwa tidak ada terobosan serius dalam perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang akan mengarah pada kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.
Channel 13 Israel mengatakan bahwa Israel belum menerima daftar nama tahanan yang masih hidup yang ditahan di Gaza, dan mencatat bahwa ini adalah syarat untuk melanjutkan perundingan, menurut klaimnya.
Sebaliknya, Kan 11 mengutip sumber-sumber Israel dan asing yang mengatakan bahwa ada kemajuan dalam negosiasi, namun tidak ada pemahaman mengenai isu-isu inti.
Laporan-laporan berita Israel berbicara tentang pencapaian “kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya” dalam mencapai kesepakatan pertukaran, tetapi mereka juga menunjukkan kesenjangan terkait dengan jumlah tahanan Israel yang akan dibebaskan, dan tahapan penerapan potensi perjanjian tersebut.
Sementara itu, koresponden urusan politik untuk Channel 12 mengatakan kalau keadaan telah berubah dari Mei lalu hingga Desember ini, dan meyakini kalau kesepakatan tidak dapat dicapai karena kondisi Hamas saat ini.
Dalam konteks ini, Channel 12 Israel mengungkapkan - menurut koresponden militernya - bahwa tentara Israel menginformasikan pada tingkat politik bahwa mereka telah menyelesaikan misi dasarnya di Jalur Gaza, dan dapat menarik diri sebagai bagian dari kesepakatan, sambil bersiap untuk kembali ke Jalur Gaza untuk kembali berperang.
Menurut saluran tersebut, keputusan tersebut saat ini bergantung pada pemerintah, dan pada saat yang sama memperingatkan akan bahaya tentara Israel yang tersisa di Gaza, karena pasukan Israel akan menjadi sasaran para pejuang Palestina.
(oln/khbrn/*)