Jeries Qumsieh, juru bicara Kementerian Pariwisata Palestina, menyebut perayaan Natal tahun ini muram dan suram, ditandai perayaan terbatas pada ritual keagamaan.
“Tahun ini, tidak ada delegasi turis atau peziarah karena perang dahsyat yang dilancarkan Israel terhadap rakyat kami,” kata Qumsieh.
“Bethlehem sedang menderita kemerosotan ekonomi yang signifikan, dengan pemesanan hotel hanya 3 persen tahun ini,” tambahnya.
Selama perang berkecamuk, kerugian harian Betlehem akibat perang Israel diperkirakan membengkak sebesar hingga 1,5 juta dollar AS.
Ini lantaran sektor pariwisata yang diandalkan kota Betlehem mandek beroperasi akibat perang serta kerusuhan yang terus berlangsung di Tepi Barat.
Sebagai informasi sebelum perang pecah, para turis berziarah ke tempat kelahiran Yesus setiap tahunnya.
Namun, setelah perang meletus sektor pariwisata kota ini sepi pelancong.
Menurut Jiries Qumsiyeh, juru bicara Kementerian Pariwisata Palestina, jumlah pengunjung ke Bethlehem pada 2024 diperkirakan tidak lebih dari 100.000 orang.
Bahkan, saat ini, hampir semua dari total 5.500 kamar hotel yang tersedia di Betlehem masih kosong.
Tingkat hunian hotel di kota itu anjlok dari sekitar 80 persen pada awal 2023 menjadi sekitar 3 persen saat ini.
Imbasnya pendapatan Betlehem dari sektor pariwisata menyusut 70 persen, menandai kehancuran ekonomi yang parah.
Lebih lanjut, Wali Kota Salman menyatakan, angka pengangguran di Betlehem kini mencapai sekitar 50 persen.
Angka ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata pengangguran di Tepi Barat yang berada pada angka 30 persen.
Kendati perekonomian tengah suram, namun pastor paroki Gereja Ortodoks Yunani di Gereja Kelahiran, Bethlehem, Pastor Issa Thaljieh mendorong warga Palestina di Betlehem untuk tetap tinggal meskipun menghadapi tantangan.
"Gereja tanpa orang Kristen bukanlah gereja. Cahaya yang lahir ketika Yesus Kristus lahir di sini adalah cahaya yang bergerak melampaui kegelapan, jadi kita harus menunggu, kita harus bersabar, kita harus banyak berdoa, dan kita harus tetap dengan akar kita karena akar kita ada di Betlehem," katanya.
(Tribunnews.com / Namira Yunia)