Washington Post menyebut koridor terbaru di Gaza dibangun di jalan yang dibuat oleh Israel. Menurut Israel, jalan itu adalah "jalan pemisah" dan "tempat logistik" sementara.
"Jalan itu secara efektif memecah Gaza sehingga operasi pembersihan yang lebih sistematis bisa dimulai, sementara perbatasan de facto mengunci pergerakan di selatan," kata William Goodhind, seorang analis di Contested Ground.
Sementara itu, mantan Wakil Komandan Divisi Gaza IDF, Brigjen Amir Aviv, menyebut jalan itu adalah "jalur logistik" dan bukan kebijakan jangka panjang.
Awal November kemarin, IDF berujar kota-kota di Gaza utara telah diputuskan hubungannya dengan Kota Gaza saat operasi militer.
IDF menyebut tujuan operasi itu adalah mencegah pejuang Hamas melarikan diri atau barangkali menguatkan posisinya di Kota Gaza.
Operasi itu membuat banyak bangunan di Gaza utara hancur dan memicu kecaman dari organisasi internasional karena dianggap berlebihan.
Pada hari Senin (23/12/2024), Channel 12 menayangkan rekaman yang memperlihatkan Adi Ben Nun, seorang pakar GIS dari Universitas Hebrew. Nun mengatakan 19.000 bangunan di Kota Jabalia di Gazalia telah hancur atau rusak.
Adapun citra satelit pada bulan Juli lalu, menunjukkan 54 persen bangunan di Jabalia telah rusak,
Citra satelit itu juga mengungkapkan IDF telah menghancurkan semua bangunan (4.000 unit) di Gaza yang berjarak satu kilomter dari perbatasan Israel.
Baca juga: Rencana Israel Tinggal Permanen di Gaza, Koridor Netzarim Jadi Pangkalan Militer, Gaza Dibagi 3 Zona
Channel 12 berkata militer Israel sudah yakin telah mencapai tujuannya, yakni membuat zona penyangga di area perbatasan.
(Tribunnews/Febri)