Israel Tawarkan Kompensasi Finansial kepada Para Pemukim yang Terusir agar Kembali ke Wilayah Utara

TRIBUNNEWS.COM- Pemerintah Israel telah menerbitkan rencana untuk memulangkan para pemukim yang mengungsi dari Israel utara lebih dari setahun yang lalu karena perang dengan Hizbullah, Israel Hayom melaporkan pada tanggal 31 Januari, meskipun kurangnya keamanan terus berlanjut.

Sekitar 60.000 pemukim Israel telah mengungsi sejak dimulainya perang antara Israel dan Hizbullah pada bulan Oktober 2023.

Rencana tersebut menyerukan para pemukim untuk mulai kembali ke rumah mereka pada akhir Februari ketika gencatan senjata 60 hari dengan Hizbullah berakhir jika situasi keamanan memungkinkan.

Perang antara Israel dan Hizbullah dimulai pada 8 Oktober 2023, ketika Hizbullah memulai pertempuran di garis depan utara Israel untuk mendukung Hamas dan warga Palestina di Gaza. 

Sekitar 60.000 pemukim Israel dievakuasi dari rumah mereka di permukiman dekat perbatasan akibat roket, rudal, dan pesawat nirawak Hizbullah.

Israel meningkatkan perang pada bulan September, dengan melancarkan operasi pengeboman besar-besaran yang menewaskan hampir 4.000 warga Lebanon, baik pejuang Hizbullah maupun warga sipil, dan menyebabkan lebih dari 1 juta warga Lebanon mengungsi dari rumah mereka di wilayah selatan negara tersebut. Gencatan senjata dicapai pada tanggal 27 November.

Meskipun gencatan senjata telah diumumkan lima minggu lalu, Israel Hayom mencatat bahwa hanya sekitar seperempat pemukim Israel yang telah kembali ke rumah mereka di utara. 

Bahkan lebih sedikit yang telah kembali ke pemukiman di sebelah pagar perbatasan. Di Metula, hanya sekitar 20 pemukim yang telah kembali.

Rencana pemerintah Israel akan memberikan dua hibah kepada para pemukim untuk mendorong kepulangan mereka.

Pertama, setiap keluarga akan menerima 15.000 shekel ($4.100) sebagai ganti rugi atas kerusakan rumah mereka yang disebabkan oleh perang. Kedua, setiap orang dewasa akan menerima 15.000 shekel, dan setiap anak akan menerima 8.000 shekel ($2.200).

Sejak dimulainya perang, keluarga pemukim terlantar telah menerima hibah hunian untuk tinggal di hotel yang jauh dari pertempuran.

Keluarga yang anak-anaknya bersekolah dan tidak ingin kembali ke rumah mereka sampai setelah tahun ajaran selesai akan tetap menerima hibah hunian.

Keluarga dari tiga pemukiman dekat perbatasan, Metula, Manara, dan Avivim, akan dapat tetap berada di luar wilayah tersebut dengan pendanaan negara sampai infrastruktur diperbaiki dan layanan lokal dipulihkan.