Bulan lalu, sebuah kelompok advokasi Palestina di Sri Lanka menyerukan penangkapan seorang tentara Israel yang sedang bertugas aktif yang terlihat di negara itu, yang mendorong evakuasi segeranya oleh otoritas Israel, menurut Channel 12.
Tentara Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.800 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikan di daerah kantong tersebut.
Terjebak di Gaza
Seorang jurnalis senior Israel bernama Alon Ben-David mengklaim pasukan Israel telah "terjebak" di Gaza.
Awalnya Ben-David menyebut perang yang dikobarkan Israel di Jalur Gaza, Lebanon, dan Suriah mirip dengan "jebakan" saat Israel menginvasi Lebanon tahun 1982.
Invasi itu memicu perang mahal dan pendudukan selama 18 tahun yang tidak bisa dilanjutkan.
"Israel memasuki tahun 2025 sebagai negara yang tetap terluka, dengan beberapa lukanya yang masih terbuka dan berdarah," kata Ben-David yang menjadi koresponden senior bidang pertahanan di kolom Maariv, dikutip dari Sputnik.
"Negara ini mengakhiri tahun 2024 dengan pencapaian militer besar, tetapi pencapaian itu tidak bisa diterjemahkan sebagai penciptaan realitas yang lebih baik dan mengubah Israel menjadi negara yang lebih baik untuk ditinggali."
"Sebaliknya, tiap hari situasi makin buruk karena kita terbenam dan menggali di Gaza, Lebanon, dan Suriah," kata dia yang pernah menjadi jurnalis Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat invasi Israel ke Lebanon tahun 1982.
Dia mengatakan, di tengah berlanjutnya konflik, nasib warga Israel di utara dan selatan tetap tidak menentu. Tidak diketahui apakah mereka akan bisa kembali pulang ke rumah masing-masing.
Salah satu yang menjadi sorotan Ben-David adalah wilayah Israel utara yang terdampak oleh pertempuran Israel-Hizbullah. Warga Israel di sana terpaksa mengungsi.
Dia menyebut baru ada sedikit warga Israel yang kembali sejak gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah diumumkan.
"Hanya ada puluhan warga yang sudah kembali, kebanyakan adalah lansia," kata dia mengenang kunjungan di Kota Metula, Israel utara.