News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Prediksi Putin Terbukti, Israel Perkuat Kehadirannya di Suriah, Patroli Pakai Kendaraan Lapis Baja

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keberadaan Pasukan Israel di Puncak Gunung Hermon, Suriah - Israel memperkuat kehadiran pasukan militernya di Suriah. IDF dilaporkan sudah mulai berpatroli menggunakan kendaraan lapis baja.

TRIBUNNEWS.com - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperkuat kehadirannya di Suriah Selatan.

Mereka dilaporkan menerapkan serangkaian tindakan militer di seluruh wilayah dan mengambil alih beberapa infrastruktur utama.

Menurut koresponden Al Mayadeen, Minggu (5/1/2025), pasukan Israel sedang membangun jalan yang menghubungkan 13 markas militer yang didirikan di pedesaan di Damaskus, Quneitra, dan Daraa bagian barat.

Markas itu diperkuat penghalang beton dan dilengkapi kamera pengawas, sebagai salah satu cara IDF memperkuat kendali atas lokasi-lokasi strategis.

Sumber-sumber lokal melaporkan, untuk pertama kalinya, Israel berpatroli menggunakan kendaraan lapis baja di perbukitan yang baru diduduki di wilayah Gunung Hermon.

Wilayah itu menghadap ke distrik Nabatieh di Lebanon.

Baca juga: Ukraina: Rusia Bersiap Pindahkan Perlengkapan Militer dari Suriah ke Libya setelah Jatuhnya Assad

Pasukan Israel juga dilaporkan telah menguasai enam bendungan utama di Suriah selatan, yang terbaru adalah Bendungan al-Mantra di Quneitra.

Laporan selanjutnya menyebut pasukan Israel telah mendirikan penghalang di sekitar bendungan untuk mencegah warga setempat masuk mengakses area tersebut.

Langkah Israel ini menimbulkan ancaman signifikan terhadap keamanan dan ketersediaan air di Suriah selatan, serta beberapa bagian Damaskus.

Selain itu, bala bantuan Israel dikerahkan ke barak al-Jazeera di desa Ma'riah, yang terletak di Daraa dekat perbatasan Suriah-Yordania.

Jalan menuju barak telah diaspal, dan penghalang beton tinggi dipasang.

Diketahui, Israel telah memanfaatkan transisi politik terkini di Suriah, pasca-runtuhnya rezim Bashar al-Assad.

Israel memanfaatkan ketidakstabilan politik Suriah, dengan mengintensifkan serangan ke infrastruktur militer Suriah, menghancurkan fasilitas vital, dan menduduki sekitar 600 km persegi wilayah selatan.

Hal ini terjadi setelah media Israel melaporkan militer sedang mempersiapkan kehadiran yang lebih luas di Suriah.

Menurut Walla, "Meskipun ada tekanan dari partai-partai Eropa terhadap Israel, para pemimpin politik telah menginstruksikan tentara Israel untuk bersiap tinggal dalam jangka waktu yang lama di wilayah Suriah." 

Prediksi Putin Terbukti

Terkait Israel yang memperkuat kehadirannya di Suriah, hal ini telah diprediksi Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Sebelumnya, Putin memperkirakan Israel telah mengirimkan ribuan pasukan untuk menduduki sejumlah wilayah di Suriah.

Putin juga memprediksi Israel bakal memperkuat diri di Suriah, pasca-runtuhnya rezim Bashar al-Assad.

"Saat ini, Israel sudah mengirimkan pasukan tambahan ke sana (Suriah). Saya kita sudah ada beberapa ribu pasukan di sana."

"Saya mendapat kesan, mereka (Israel) tidak akan pergi, mereka akan memperkuat pasukan di sana," ungkap Putin, Kamis (19/12/2024), dalam konferensi pers tahunan di Moskow, dikutip dari Times of Israel.

Baca juga: Bandara Beirut Berlakukan Aksi Ketat ke Diplomat Iran, Hizbullah Ancam Lebanon Seperti Suriah

Meski memprediksi Israel akan memperkuat diri di Suriah, Putin mengecam aksi pendudukan yang dilakukan rezim Zionis itu.

Terlebih, saat ini Israel telah mencapai benteng yang dibangun untuk Suriah oleh bekas Uni Soviet.

"Rusia mengutuk perebutan wilayah Suriah manapun. Ini jelas," tegas dia.

Kendati demikian, Putin menyebut Israel mendapatkan keuntungan besar dari runtuhnya rezim Assad.

Netanyahu Ngotot Bakal Tempatkan IDF di Suriah

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Kepala Staf Herzi Halevi dan kepala Shin Bet Ronen Bar saat mengunjungi Puncak Gunung Hermon, Suriah yang diduduki Israel, 17 Desember 2024. (RNTV/TangkapLayar)

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sendiri telah memerintahkan pasukan Zionis untuk menempati puncak Gunung Hermon dalam kunjungannya pada 17 Desember 2024.

Dalam kesempatan itu, ia menyebut kedatangannya ke puncak Gunung Hermon, penting bagi keamanan Israel saat ini.

Netanyahu menegaskan IDF akan tetap berada di puncak Gunung Hermon, sampai kesepakatan yang menjamin keselamatan Israel, bisa dibuat.

"Kami akan tetap tinggal, sampai ditemukan kesepakatan lain yang menjamin keamanan Israel," kata Netanyahu dalam kunjungannya ke puncak Gunung Hermon bersama Menteri Pertahanan, Israel Katz, dilansir AP.

Katz, di kesempatan yang sama, memerintahkan militer Israel untuk segera memposisikan diri di puncak Gunung Hermon.

Ia juga meminta militer Israel untuk segera membangun benteng pertahanan, guna mengantisipasi kemungkinan tinggal dalam waktu lama di tempat tersebut.

"Puncak Hermon adalah mata negara Israel untuk mengidentifikasi musuh-musuh kami yang berada di dekat maupun jauh," ujar Katz.

Seorang pejabat militer Israel, yang berbicara dengan syarat anonim sesuai peraturan, mengatakan tidak ada rencana untuk mengevakuasi warga Suriah yang tinggal di desa-desa dalam zona penyangga.

Sebagai informasi, zona penyangga antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, dibuat oleh PBB setelah Perang Timur Tengah tahun 1973.

Pasukan PBB yang terdiri dari sekitar 1.100 tentara, telah berpatroli di daerah tersebut sejak saat itu.

Baca juga: Suriah Buka Kembali Penerbangan Internasional, Bandara Damaskus Siap Beroperasi Pekan Depan

Terkait keberadaan pasukan Israel di zona penyangga, PBB menyebut tindakan itu telah melanggar kesepakatan tahun 1974 yang membentuk zona tersebut.

Kesepakatan itu "harus dihormati, dan pendudukan adalah pendudukan, entah itu berlangsung seminggu, sebulan, atau setahun, itu tetap pendudukan," komentar Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric.

Sehari sebelum kunjungan Netanyahu ke Puncak Hermon, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Mohammed al-Julani atau Ahmeed al-Sharaa, telah meminta Israel untuk menghentikan serangan udara dan menarik diri dari wilayah Suriah yang diduduki.

"Pembenaran Israel (menduduki Suriah) adalah karena Hizbullah dan milisi Iran. Pembenaran itu sudah tidak ada lagi," kata al-Julani dalam wawancara eksklusif dengan The Times, Senin (16/12/2024).

Permintaan itu disampaikan al-Julani yang menegaskan pihaknya tak ingin berkonflik dengan pihak manapun.

Ia juga menekankan, tak akan membiarkan Suriah menjadi landasan serangan terhadap Israel ataupun negara manapun.

"Kami tidak akan membiarkan Suriah digunakan sebagai landasan peluncuran serangan."

"Rakyat Suriah butuh istirahat, dan serangan harus dihentikan. Israel harus mundur ke posisi sebelumnya," tegas dia.

Tumbangnya Rezim al-Assad

Diketahui, rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tumbang setelah puluhan tahun berkuasa, pada 7 Desember 2024, ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.

Middle East Monitor

Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan banyak kendali atas banyak wilayah, mulai Aleppo, Idlib, hingga Hama.

Akhirnya, saat rakyat turun ke jalanan di Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan.

Dengan diserahkannya Damaskus ke oposisi, rezim al-Assad selama 61 tahun resmi berakhir.

Al-Assad bersama keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah, usai oposisi menguasai Damaskus.

Rezim al-Assad dimulai ketika Partai Baath Sosialis Arab berkuasa di Suriah pada 1963, lewat kudeta.

Pada 1970, ayah al-Assad, Hafez al-Assad, merebut kekuasaan dalam kudeta internal partai.

Setahun setelahnya, Hafez al-Assad resmi menjadi Presiden Suriah.

Ia terus berkuasa hingga kematiannya di tahun 2000, yang kemudian dilanjutkan oleh al-Assad.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini