TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Titi Wati, warga Palangkaraya Kalimantan Tengah sudah menjalani operasi batriartik untuk mengatasi berat badannya yang sudah mencapai 220 kilogram.
Adalah dr Gede Eka Rusdi Antara, MARS, Sp. B KBD salah satu tim medis yang khusus diberangkatkan dari Bali untuk melakukan operasi batriartik pada Titi Wati.
Belum banyak yang tahu, ia bersama tim yang berjumlah delapan orang diberangkatkan khusus ke RSUD Doris Sylvanus, Palangkaraya untuk menggelar tindakan medis untuk pasien obesitas tersebut.
Ia yang bekerja di Bagian Divisi Bedah Digestif RSUP Sanglah tersebut memang merupakan spesialis Operasi Batriartik.
Spesialis Batriartik yang saat ini ada di Indonesia, hanya bisa dihitung jari.
Karena itulah dr Gede Eka Rusdi Antara dipilih sebagai salah satu ahli yang melakukan operasi itu.
Baca: Usai Operasi Pengecilan Lambung, Menu Makan Titi Wati yang Berbobot 220 Kilogram Diawasi Ahli Gizi
"Yang diberangkatkan itu saya sendiri dokter spesialis saluran cerna dan yang berkecimpung di urusan batriartik. Kemudian ada dua dokter anastesi, kemudian ada satu perawat bedah, dokter manajemen yang mengatur administratif kami semua," kata Gede Eka Rusdi saat ditemui di RS Bali Royal, Jumat (18/1/2019) sore tadi.
Lantas, apakah operasi batriartik itu?
Ini adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter ialah mengangkat/memotong sebagian besar dari lambungnya.
"Pemotongan lambung itu dilakukan 60 sampai 70 persen volume lambung. Fungsinya memperbaiki fungsi organ, dan mengembalikan kadar laboratorium yang normal seperti lemak, gula dan lainnya,"
"Sederhananya volume lambung itu harus dikurangi jika ingin menurunkan berat badan. Kedua, metabolisme akan lebih baik, karena di sana ada hormon gelin. Hormon gelin ini yang mempengaruhi kita untuk makan. Jadi ini yang kita lakukan untuk tindakan awalnya," jelas dia kepada tribun-bali.com.
Ia menambahkan, dengan menjalani operasi batriartik itu, pasien tidak langsung mengalami penurunan berat badan, tapi tetap gradual (bertahap).
Tim dari RS Sanglah ini di-backup juga dengan peralatan canggih dari RS Bali Royal.
"Kami dari tim RS Sanglah, RS Bali Royal dan beberapa teman lainnya yang berjumlah delapan orang. Karena kita punya alat-alatnya juga. Padahal di Indonesia, pusat dikerjakannya Batriartik itu di RS Bali Royal ini," ungkapnya.