Tindakan ini hanya sebagai pendukung.
Faktor utama keberhasilan bariatrik adalah komitmen dan konsistensi yang kuat dari pasien untuk mengubah gaya hidup mereka seumur hidup.
Setelah operasi, pasien diharuskan mengikuti diet bertahap selama satu bulan.
Dimulai dengan hanya minum air putih atau teh selama dua tiga hari pertama, dan meningkat kekentalannya/konsistensinya hingga pada akhir satu bulan, pasien diharapkan dapat mengonsumsi makanan sehat seperti biasa.
Namun dalam jumlah yang jauh berkurang.
“Pasien tidak merasakan lapar karena pusat lapar dihilangkan atau dibuat tidak aktif. Dengan demikian, tidak perlu dikhawatirkan pasien lapar, atau tersiksa karena lapar,” ujar Dokter Peter.
“Bagi pasien obesitas morbid yang membutuhkan penurun berat badan secara ekstrim, bedah bariatrik memiliki berbagai kelebihan. Salah satunya dapat menurunkan berat badan dengan lebih cepat dan relatif menetap,” katanya.
Dengan menggunakan minimal invasive laparoscopy, pasien pun akan merasakan nyeri yang lebih minimal, juga risiko komplikasi tindakan yang lebih rendah.
Sehingga masa rawat inap di rumah sakit akan lebih singkat. Dokter akan membuat sayatan berdiamter 5 mm-12 mm.
Baca: Bosan Menu Sehat, Titi Wati Penderita Obesitas Kembali Makan Ikan Asin, Berbahayakah untuk Badannya?
Berapa Berat Badan yang Hilang dengan Bedah?
Menurut dokter Peter, setelah pembedahan, berat badan yang bisa hilang antara 55-85 persen dari kelebihan badanya.
Misalnya seseorang memiliki berat badan 120 kilogram, ada kelebihan berat 55 kilogram. Idealnya orang tersebut memiliki Berat Badan (BB) 65 kilogram.
Setelah operasi bisa menghilangkan 55-85 persen dari 55 kilogram tersebut dalam kurun waktu 6-12 bulan.
Ampuh Mana Bariatrik atau Sedot Lemak untuk Tuurnkan Berat Badan?
Adalah Naufal Abdillah (23) punya berat badan mencapai 238 kilogram dengan IMT 95,3.