TRIBUNNEWS.COM - Kabar beredarnya obat palsu yang dilakukan oleh PT Jasa Karunia Investindo (JKI) menimbulkan keresahan di masyarakat.
Kecemasan tersebut beralasan. Sebab, obat palsu tersebut diketahui sudah menyebar ke 197 apotek.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sendiri sampai saat ini tidak menyebutkan nama dari 197 apotek tersebut.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan agar tak menjadi korban obat palsu?
Sebelum mengetahuinya, mari kita simak terlebih dahulu kasus obat palsu yang melibatkan PT JKI tersebut.
Menurut polisi, PT JKI mendistribusikan obat palsu dengan modus mengemas ulang obat kedaluwarsa atau obat generik.
Hal ini diketahui setelah Direktur PT JKI yang berinisal AFAF (52) ditangkap oleh aparat di Semarang, Jawa Tengah, 8 Juli 2019.
"Kalau yang ini dilakukan oleh pedagang besar farmasi lalu kemudian dia melakukan kemas ulang, baik itu obat generik maupun obat lainnya," kata Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri Brigjen Pol Fadil Imran di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (22/7).
Baca: Heboh Virus Machupo Dalam Paracetamol Bisa Rusak Kulit, Isu atau Fakta? BPOM Buka Suara
Baca: Bareskrim Amankan Pemilik Pabrik Obat Palsu di Semarang
Saat menjalankan aksinya, tersangka mengemas ulang obat generik menjadi obat paten. Obat generik adalah obat yang diproduksi dengan menyalin formula obat paten atau obat originator.
Pelaku mengubah obat-obatan subsidi pemerintah untuk pasien penerima Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maupun Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan seolah-olah menjadi obat non-subsidi, yang harganya lebih tinggi.
Fadil mengatakan bahwa AFAP mengemas ulang obat dengan bahan baku dari obat generik, obat yang diduga palsu, hingga obat yang sudah kedaluwarsa.
Pengemasan ulang juga mencakup hingga kapsul, kemasan, dan pemalsuan tanggal kedaluwarsa.
"Sehingga masyarakat dirugikan bukan hanya aspek kesehatannya, tapi bisa berakibat kalau diminum sampai kepada kematian," ujar Fadil.
Bahan baku obat didapat tersangka dari perusahaannya sendiri, apotek di wilayah Semarang, dan sebuah toko di daerah Pancoran.