"Deteksi dini dianjurkan untuk dilakukan pada anak perempuan usia 11 dan 13 tahun dan anak laki-laki usia 13 sampai 14 tahun,” tambah dr. Phedy, Sp.OT-K.
Lambatnya penanganan karena si anak menyembunyikannya dari orangtua.
"Paling banyak, si anak menyembunyikan penyakit itu dari orangtuanya. Misalnya, si anak tidak pernah mau telanjang dada saat di rumah," katanya.
Phendy mencontohkan, salah seorang pasiennya diketahui oleh tukang jahit saat mengukur baju seragam.
"Jadi orangtuanya baru tahu setelah itu," katanya.
Lantas apa tanda – tanda kemungkinan seorang anak menderita skoliosis?
Pertama, bahu tidak sama tinggi, ada tonjolan punggung tidak sama tinggi, lipat pinggang tidak sama tinggi, panggul tidak sama tinggi, jarak siku ke tubuh tidak sama dan tonjolan punggung atas atau bawah tidak sama tinggi saat membungkuk ke depan.
Bila ditemukan salah satu tanda di bawah ini, maka kemungkinan seorang anak menderita skoliosis.
"Bila ditemukan tiga atau lebih tanda di atas maka segeralah berobat ke dokter orthopedi khusus tulang belakang," kata Phendy.
Penanganan skoliosis kini tersedia di Sports, Shoulder, & Spine Clinic Siloam Hospitals Kebon Jeruk, klinik khusus yang memiliki fokus untuk penanganan otot dan tulang yang berhubungan dengan cedera olah raga, kaki, pergelangan kaki, bahu, dan tulang belakang.
Penanganan cedera pada area tersebut di antaranya cedera ligamen, cedera bantalan sendi lutut, dislokasi sendi, maupun patah tulang dapat dilakukan melalui pemberian obat, fisioterapi, radiofrekuensi (prosedur untuk mengurangi nyeri dengan gelombang radio) hingga tindakan operasi kompleks.
Tim dokter spesialis dan penunjang medis dari Sports, Shoulder, & Spine Clinic berkomitmen untuk membantu pasien kembali melakukan aktivitas yang mereka cintai.