“Respon imun perempuan berbeda, dalam banyak hal,” kata ahli imunologi dari University of Toronto, Eleanor Fish.
Penelitian menunjukkan bahwa terkadang perempuan memproduksi dua kali lebih banyak antibodi pelawan infeksi sebagai respons terhadap vaksin.
Ini dikhususkan untuk influenza, MMR, demam kuning, rabies, dan hepatitis A dan B, yang penelitiannya telah dipublikasikan.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan apakah hal sama berpotensi terhadi pada perempuan penerima vaksin Covid-19.
Ini terutama terjadi pada kelompok dewasa muda. Menurut Gee, kemungkinan ini berkaitan dengan hormon reproduksi.
Hormon seks termasuk estrogen, progesteron, dan testosteron dapat mengikat permukaan sel kekebalan dan memengaruhi cara kerjanya.
Misalnya, paparan estrogen menyebabkan sel kekebalan memproduksi lebih banyak antibodi sebagai respons terhadap vaksin flu.
Sementara testosteron adalah jenis imunosupresif atau menekan sistem kekebalan tubuh.
Vaksin flu cenderung kurang melindungi pada laki-laki dengan banyak testosteron, dibandingkan pada laki-laki dengan testosteron lebih sedikit.
Salah satu alasannya karena testosteron menekan produksi bahan kimia kekebalan tubuh yang dikenal sebagai sitokin.
3. Perbedaan genetik
Selain dua faktor di atas, perbedaan genetik antara laki-laki dan perempuan juga dapat mempengaruhi kekebalan tubuh.
Banyak gen yang berhubungan dengan kekebalan tubuh berada pada kromosom X, di mana perempuan memiliki dua salinan dan laki-laki hanya memiliki satu.
Secara historis, ahli imunologi percaya bahwa hanya satu kromosom X pada wanita yang dihidupkan, dan yang lainnya tidak aktif.