Terlepas dari itu, penelitian saat ini menunjukkan bahwa 15 persen gen lolos dari inaktivasi ini dan lebih banyak diekspresikan pada perempuan.
Respons imun yang kuat ini membantu menjelaskan mengapa 80 persen penyakit autoimun menimpa perempuan.
“Perempuan memiliki kekebalan yang lebih besar, entah itu untuk diri sendiri, untuk antigen vaksin, apakah itu untuk virus,” kata Klein.
4. Dosis vaksin
Sejumlah penelitian menemukan bahwa perempuan menyerap dan memetabolisme obat secara berbeda dari laki-laki.
Perempuan seringkali membutuhkan dosis yang lebih rendah untuk efek yang sama.
Tetapi hingga tahun 1990-an, uji klinis obat dan vaksin sebagian besar tidak melibatkan perempuan.
"Dosis obat yang direkomendasikan secara historis didasarkan pada uji klinis yang melibatkan peserta laki-laki," kata Morgan.
Uji klinis saat ini memang menyertakan perempuan, tetapi dalam uji coba vaksin Covid-19, efek samping tidak cukup dipisahkan dan dianalisis berdasarkan jenis kelamin.
Peneliti juga tidak menguji apakah dosis yang lebih rendah mungkin sama efektifnya untuk wanita tetapi menyebabkan lebih sedikit efek samping.
Itulah mengapa, penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk tetap menyampaikan potensi efek samping vaksin kepada penerima vaksin, sehingga mereka lebih siap dan tidak takut, terutama pada perempuan.
Tapi, jika nanti kamu perempuan dan merasa mengalami efek samping sementara laki-laki di sekitarmu tidak, tak perlu mengkhawatirkannya.
"Itu normal, dan kemungkinan mencerminkan kerja sistem kekebalan tubuh," kata Klein.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Efek Samping Vaksin Covid-19 Lebih Mungkin Dirasakan Perempuan, Ini Sebabnya