Jika kita memikirkan kejadian atau situasi yang menyakitkan, dendam yang dipenuhi dengan kebencian dan permusuhan dapat tersulut.
Jika kita membiarkan perasaan negatif menyingkirkan perasaan positif, kita mungkin akan mendapati diri kita ditelan oleh kepahitan atau ketidakadilan kita sendiri.
Beberapa orang mungkin memang secara alami lebih pemaaf daripada yang lain. Tetapi, bahkan jika kita menyimpan dendam, hampir semua orang bisa belajar menjadi lebih pemaaf.
Jika kita tidak mau memaafkan, kita mungkin akan mengalami berbagai kondisi berikut:
- Membawa amarah dan kepahitan ke dalam setiap hubungan dan pengalaman baru
- Menjadi begitu terkungkung dalam kesalahan sehingga tidak dapat menikmati kehidupan saat ini
- Menjadi depresi atau cemas
- Merasa bahwa hidup tidak memiliki makna atau tujuan yang bertentangan dengan keyakinan spiritual
- Kehilangan hubungan yang berharga dengan orang lain
Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, kabar baiknya, penelitian telah menemukan bahwa tindakan memaafkan dapat mendatangkan manfaat besar bagi kesehatan kita.
Manfaat ini bukan hanya berkaitan dengan kesehatan mental, tapi juga kesehatan raga atau fisik.
Memaafkan di antaranya dapat menurunkan risiko serangan jantung, menekan kadar kolesterol, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi rasa sakit, menyembangkan tekanan darah, serta mengurangi kecemasan, depresi, dan stres.
Karen Swartz, M.D., Direktur Klinik Konsultasi Dewasa Gangguan Suasana Hati di Rumah Sakit Johns Hopkins, Maryland, AS, mengungkap kemarahan kronis menempatkan kita dalam mode melawan-atau-lari, yang mengakibatkan banyak perubahan pada detak jantung, tekanan darah, dan respons kekebalan.
“Perubahan tersebu kemudian dapat meningkatkan risiko depresi, penyakit jantung dan diabetes, di antara kondisi lainnya,” ungkap dia. Mamaafkan, bagaimanapun, dapat mengurangi tingkat stres y
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mumpung Idul Fitri, Raih Manfaat Memaafkan untuk Kesehatan Jiwa dan Raga