News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liputan Khusus

Ini Perjalanan Riset Vaksin Merah Putih di Unair

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Airlangga dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo, di Gedung C, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Senin (9/11/2020).

TRIBUNNEWS,COM - SURABAYA, Pemerintah Indonesia gencar menjalankan program vaksinasi Covid-19 terhadap sekitar 182 juta warga Negara Indonesia untuk memenuhi kriteria kekebalan kelompok (herd immunity) terhadap virus Covid-19, yang ditargetkan rampung Desember 2021.

Dalam memenuhi kebutuhan vaksin tersebut, pemerintah mengandalkan pasokan vaksin yang telah dibeli dari tujuh perusahaan di luar negeri.

Di antaranya Vaksin Sinovac, Vaksin PT Bio Farma, Vaksin Novavax, Vaksin Oxford-AstraZeneca, Vaksin Pfizer-BioNTech, Vaksin Moderna, Vaksin Sinopharm.

Di tengah berlangsungnya proses vaksinasi tersebut, sejumlah ilmuwan perguruan tinggi dan peneliti lembaga kajian ilmiah Indonesia juga mengembangkan sebuah vaksin karya anak bangsa bernama vaksin Merah Putih.

Kabar mengenai adanya vaksin Merah Putih itu sejatinya telah beredar sejak awal pandemi Covid-19 memasuki Indonesia, awal 2020.

Koordinator Riset Produk Covid-19 dan Anggota Tim Riset Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair), Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengungkapkan, rencana awal membuat vaksin Merah Putih muncul bersamaan dengan adanya kasus pertama Covid-19 yang ditangani oleh sejumlah fasilitas layanan kesehatan (fasyankes), yakni rumah sakit (RS) yang menjadi rujukan penanganan pasien Covid-19 di Jatim.

Baca juga: Vaksin Merah Putih Tetap Masuk Program Pemerintah, Kini Diuji Coba ke Hewan Besar

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek-RI), melalui Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) memutuskan untuk membentuk adanya konsorsium vaksin Merah Putih.

Di dalamnya terdapat dua lembaga penelitian yakni Lembaga Eijkman, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kemudian empat universitas terkemuka, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga (Unair).

“Jadi kata merah putih, karena bendera kita Merah Putih. Jadi kalau konsorsium vaksin Merah Putih berarti ini untuk kebutuhan kepentingan dan tentu masyarakat Indonesia khususnya,” ujar Guru Besar Kimia Organik Fakultas Sains dan Teknologi Unair itu, Kamis beberapa waltu lalu.

Selain itu juga adanya semangat moralitas sebagai warga Negara Indonesia. Pemilihan diksi Merah Putih sebagai identitas vaksin Covid-19 buatan ilmuwan dan peneliti Indonesia, juga didasari atas semangat ilmiah yang berorientasi pada kesesuaian genetika meterial virus Covid-19 yang menginfeksi tubuh warga Indonesia, khususnya di Kota Surabaya, Jatim.

Apalagi, sejak 1996 Unair sudah memiliki laboratorium dan lembaga riset khusus untuk penyakit tropis bernama Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Unair.

Lembaga tersebut berdampingan dengan RS Unair yang juga menjadi rujukan penanganan pasien Covid-19. Sehingga, tak sulit bagi anggota tim peneliti melakukan analisis virus terhadap genetika material virus. Karena bahannya sangat mudah diperoleh.

Prof Ni Nyoman Tri menerangkan, pihaknya melakukan analisis Whole Genome Sequence (WGC) terhadap genetik material Covid-19 sekitar 30.000 pasang basal.

“Itu kami simpan satu per satu. Jadi semua panjang 30.000 pasang basal itu sudah dilakukan oleh LPT Unair dan disumbangkan juga, di submit ke data internasional,” tutur Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Unair itu.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini