TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diantara sejumlah jenis penyakit kulit, vitiligo menjadi salah satu yang menjadi momok. Penyakit yang ditandai oleh perbedaan warna permukaan kulit menjadi tampak keputih-putihan ini membuat penderitanya tidak percaya diri.
Dari kacamata medis, Vitiligo merupakan suatu penyakit depigmentasi didapat pada kulit, membran mukosa, dan rambut yang memiliki karakteristik lesi khas berupa makula berwarna putih susu (depigmentasi).
Vitiliglo memiliki batas jelas pada kulit dan bertambah besar secara progresif akibat hilangnya melanosit fungsional. Terjadinya Vitiligo disebabkan oleh matinya sel melanosit yang bertugas memproduksi warna pada
kulit.
Penyebab matinya sel tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik atau keturunan, penyakit autoimun, dan faktor eksternal seperti terbakar sinar matahari, atau bahan kimia.
Pada kasus Vitiligo, bila gejala awal dapat terdeteksi dan segera mendapatkan penanganan yang tepat, penyakit ini dapat dicegah untuk berkembang pada tubuh penderita.
Prevalensi global Vitiligo yaitu sekitar 0.5 sampai 2 persen, tidak berbeda dengan prevalensi di Indonesia.
Sementara, populasi laki-laki dan perempuan yang mengalami penyakit ini seimbang, namun pada pasien perempuan dan kasus vitiligo pada anak masalah psikososial lebih terlihat dan menjadi masalah.
Indonesia melalui Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) atau INSDV (indonesian Society Dermatology and Venerology) menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan World Vitiligo Day yang ke-11, yang digelar virtual pada Jumat 25 Juni 2021.
Baca juga: Sinar UV, Krim Topikal, atau Laser, Mana Perawatan Terbaik Penderita Vitiligo?
Mengangkat tema Embracing life with Vitiligo, kegiatan ini mengundang peserta dari kalangan dokter,
psikolog dan semua pasien serta keluarga dan masyarakat yang peduli terhadap penyakit kulit ini.
Diskusi ini juga membedah hal-hal positif apa saja yang dapat dilakukan oleh keluarga dan lingkungan dalam memberikan dukungan kepada pasien Vitiligo.
Baca juga: Penderita Vitiligo Rentan Alami Depresi
Mengajak mereka tidak malu dan menutupi lesi Vitiligonya, mencari pengobatan terbaik, dan tetap berkualitas dalam mengisi kehidupan.
Diskusi ini juga membahas seluk-beluk kesehatan mental yang dialami pasien vitiligo dan upaya yang dapat dilakukan untuk meringankannya. Materi ini disampaikan oleh Prof. Yan Valle, MSc, CEO Vitiligo Research Foundation.
Baca juga: Mengenali Vitiligo, Sebagian Orang Menyebutnya Penyakit Kutukan
Sali Rahadi Asih MSi, MGPCC, PhD, psikolog klinis dan staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menegaskan, vitiligo adalah penyakit kronis yang dapat membawa dampak bagi kondisi mental pasien dan juga orang-orang terdekat.
Rasa malu, cemas, bahkan depresi tidak luput dirasakan oleh pasien vitiligo dan anggota keluarganya.
DR. Dr. Reiva Farah Dwiyana, SpKK(K), PhD, FINSDV, FAADV, pengurus PERDOSKI, dan staf pengajar di Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran UNPAD menyatakan, salah satu kampanye yang akan digelorakan kepada para pasien Vitiligo agar tetap optimis adalah 'Dare to Bare'.
Kampanye ini mengajak mereka berani untuk menunjukkan vitiligonya, tanpa perlu menutupi vitiligonya dengan make up atau baju.
Penerimaan dan dukungan yang penuh ikhlas diyakini akan menumbuhkan rasa percaya diri untuk terus berusaha, beriktiar secara medis, psikologis, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, sehingga tumbuh rasa mencintai diri sendiri diantara para penderita vitiligo.
Upaya ini juga mengajak mereka menerima kondisi tubuh apa adanya dan berteman dengan vitiligo, sehingga diharapkan para pasien akan lebih produktif, sehat jasmani, dan terjadi repigmentasi spontan akibat menurunnya kadar oksidan di dalam tubuh.
Setiap tahun di bulan Juni, Vitiligo Research Foundation (VRF) yang dibentuk sejak 2011 menyelenggarakan kegiatan sosial.
Di Indonesia, kegiatan yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia ini, diketuai Dr. Srie Prihianti Gondokaryono, SpKK(K), PhD sebagai Honorary President of WVD 2021, dan mendapatkan dukungan penuh Ketua Umum PERDOSKI yDR. Dr. M. Yulianto Listiawan, SpKK(K) serta panitia pendukung lainnya.
Dr. Srie Prihianti Gondokaryono, SpKK(K), PhD, FINSDV, FAADV, Honorary President of WVD 2021 menyatakan, terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan World Vitiligo Day Sedunia tahun ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa.
Kegiatan ini dapat memberikan fokus perhatian terhadap situasi dan tantangan Vitiligo di Indonesia dari semua pihak terkait secara nasional maupun internasional baik secara ilmiah maupun sosial.
Kesempatan ini juga digunakan untuk membangun VitiHOPE, sebuah wadah support group untuk pasien vitiligo di Indonesia.