- Menelan;
- Bernapas;
- Kontrol kepala dan leher;
- Kontrol kandung kemih dan usus;
- Makan;
- Memiliki masalah gigi dan pencernaan.
Orang dengan cerebral palsy mungkin juga memiliki berbagai masalah yang terjadi bersamaan, di antaranya:
Masalah mobilitas
1 dari 3 anak dengan cerebral palsy tidak dapat berjalan.
Terdapat beberapa risiko terbesar yang dialami penderita cerebral palsy, di antaranya yang mengalami:
- Quadriplegia spastik;
- Cacat intelektual;
- Epilepsi;
- Gangguan penglihatan;
- Ketidakmampuan untuk duduk secara mandiri pada usia 2 tahun.
Masalah komunikasi
Cerebral palsy dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengoordinasikan otot-otot di sekitar mulut dan lidahnya yang diperlukan untuk berbicara.
Koordinasi pernapasan yang diperlukan untuk mendukungnya bicara juga dapat terpengaruh.
Misalnya, beberapa orang mungkin terdengar 'bernafas' ketika mereka berbicara.
Namun, beberapa anak dengan cerebral palsy mungkin tidak dapat menghasilkan suara apa pun.
Selain itu, ada juga anak yang mungkin dapat menghasilkan suara, tetapi mengalami kesulitan dalam mengendalikan gerakan mereka.
Hal ini menyebabkan mereka sulit untuk menghasilkan ucapan yang jelas dan dipahami oleh orang lain.
1 dari 4 orang dengan cerebral palsy tidak dapat berbicara.
Nyeri
3 dari 4 anak dengan cerebral palsy mengalami nyeri.
Nyeri tersebut sering muncul akibat dari gangguan yang berhubungan dengan cerebral palsy.
Misalnya, kontraktur, postur abnormal, distonia, kerusakan kulit, subluksasi pinggul (dislokasi parsial pinggul) dan skoliosis.
Rasa sakit ini dapat mempengaruhi perilaku anak dan mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu bagi diri sendiri.
Selain itu juga mempengaruhi hubungan sosial mereka.
Anak-anak penederita cerebral palsy kemungkinan akan menghindari kegiatan yang berkaitan dengan kemandirian, seperti sekolah dan acara sosial.
Rasa nyeri atau sakit bisa dihilangkan, tetapi sebaiknya dipandu oleh praktisi medis.
Masalah makan dan minum
Cerebral palsy dapat mempengaruhi otot-otot yang membuka dan menutup mulut serta menggerakkan bibir dan lidah.
Beberapa orang dengan cerebral palsy mungkin mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan serta minuman.
Kondisi tersebut dikenal sebagai disfagia.
Banyak orang tidak dapat dengan mudah menggunakan alat makan, memegang cangkir, atau menyendokkan makanan ke mulut menggunakan tangan mereka.
Hal ini dikarenakan cerebral palsy sering mempengaruhi keterampilan motorik halus.
Orang lain mungkin menderita gastroesophageal reflux.
Gastroesophageal reflux merupakan kondisi asam lambung naik ke kerongkongan dan membuat makan tidak nyaman atau menyakitkan.
Hal ini terkadang dapat dikendalikan dengan pengobatan.
1 dari 15 anak dengan cerebral palsy tidak dapat makan melalui mulut mereka dan perlu diberi makan melalui selang makanan.
Kontrol air liur
1 dari 5 anak-anak dengan cerebral palsy mengalami kehilangan air liur karena cerebral palsy dapat mempengaruhi otot-otot di sekitar mulut.
Hal ini juga dikenal sebagai dribbling, drooling atau sialorrhea.
Hilangnya air liur mungkin lebih terlihat ketika mereka berkonsentrasi pada tugas motorik halus.
Disabilitas intelektual
1 dari 2 orang dengan cerebral palsy memiliki disabilitas intelektual.
1 dari 5 orang memiliki disabilitas intelektual sedang hingga berat.
Umumnya, semakin besar tingkat cacat fisik seseorang, semakin besar kemungkinan mereka akan memiliki cacat intelektual.
Namun, terkadang ada orang yang memiliki tingkat kecacatan fisik yang parah, tetapi tidak memiliki cacat intelektual.
Sebaliknya, mungkin ada orang lain dengan gangguan fisik ringan, tetapi memiliki cacat intelektual.
Kesulitan belajar
Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mengalami kesulitan belajar tertentu.
Hal ini mungkin termasuk dalam rentang perhatian yang pendek dan kesulitan perencanaan motorik (organisasi dan pengurutan).
Selain itu juga kesulitan persepsi dan kesulitan bahasa.
Hal tersebut dapat berdampak pada keaksaraan, berhitung, dan keterampilan lainnya.
Belajar juga dapat dipengaruhi oleh kesulitan dalam koordinasi dan komunikasi motorik halus dan motorik kasar.
Siswa dengan cerebral palsy perlu lebih berkonsentrasi pada gerakan dan urutan tindakan mereka daripada yang lain, sehingga mereka mungkin lebih mudah lelah.
Gangguan pendengaran
1 dari 20 orang dengan cerebral palsy juga memiliki beberapa tingkat gangguan pendengaran.
1 dari 50 anak dengan cerebral palsy mengalami tuli.
Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan tidak jarang terjadi pada orang dengan cerebral palsy.
Anak-anak dengan cerebral palsy yang lebih parah lebih mungkin mengalami miopia tinggi, tidak adanya fusi binokular, dan strabismus diskinetik.
Strabismus diskinetik juga biasa disebut juling.
Selain itu juga mengalami disfungsi pandangan yang parah dan neuropati optik atau gangguan penglihatan cerebral (CVI).
1 dari 10 anak dengan cerebral palsy mengalami buta.
Perilaku dan kesejahteraan emosional
Masalah perilaku terjadi pada 1 dari 4 anak dengan cerebral palsy.
Risiko terbesar adalah mereka yang memiliki cacat intelektual, epilepsi, sakit parah, atau cacat fisik dengan tingkat yang lebih ringan.
Perilaku yang terkadang bermasalah termasuk dalam ketergantungan, keras kepala, hiperaktif, dan cemas.
Selain itu juga bisa rentan terhadap konflik dengan kelompok sebaya mereka atau menunjukkan perilaku antisosial.
Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin juga memiliki masalah emosional seperti kesulitan dengan kelompok sebaya mereka dan respons emosional yang kuat terhadap tantangan baru.
Remaja dan orang dewasa dengan cerebral palsy mungkin lebih rentan terhadap depresi dan gangguan kecemasan.
Epilepsi
1 dari 4 anak dengan cerebral palsy menderita epilepsi.
Ketika anak-anak mengalami cerebral palsy dan cacat intelektual, insiden epilepsi lebih tinggi hingga 48 persen.
Kejang dapat mempengaruhi bicara, fungsi intelektual, dan fungsi fisik.
Obat adalah intervensi yang paling efektif untuk epilepsi.
Dokter atau terapis anak juga dapat merekomendasikan modifikasi pada peralatan dan perlengkapan sekolah siswa.
Beberapa obat memiliki efek samping yang menyebabkan kantuk atau lekas marah.
Baik epilepsi maupun obat terkait dapat memengaruhi perilaku dan rentang perhatian seseorang.
Masalah tidur
1 dari 5 anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan tidur.
Ada berbagai faktor, di antaranya:
- Kejang otot yang terkait dengan cerebral palsy;
- Bentuk lain dari nyeri muskuloskeletal;
- Penurunan kemampuan untuk mengubah posisi tubuh pada malam hari.
Epilepsi juga diketahui mengganggu tidur dan cenderung menjadi predisposisi gangguan tidur.
Kebutaan atau gangguan penglihatan yang parah dapat mempengaruhi waktu dan pemeliharaan tidur melalui efeknya pada sekresi melatonin dan kurangnya persepsi cahaya.
Kelainan tulang belakang dan pinggul
Kelainan tulang belakang dan pinggul berhubungan dengan cerebral palsy dapat membuat duduk, berdiri, dan berjalan menjadi sulit.
Hal ini menyebabkan nyeri kronis.
1 dari 3 anak dengan cerebral palsy mengalami perpindahan pinggul.
Anak-anak dan orang dewasa yang memiliki cacat fisik parah atau mereka yang tubuhnya terpengaruh di kedua sisi memiliki risiko lebih besar mengalami masalah pinggul.
Hal innin menandakan bahwa orang yang sering menggunakan kursi roda lebih berisiko mengalami masalah pinggul daripada mereka yang berjalan dengan alat bantu atau secara mandiri.
Kontrol kandung kemih dan usus
Konstipasi atau sembelit adalah masalah bagi banyak orang dengan cerebral palsy.
1 dari 4 anak dengan cerebral palsy memiliki masalah kontrol kandung kemih.
Anak-anak dengan disabilitas intelektual dan/atau bentuk cerebral palsy yang parah adalah yang paling berisiko.
Kurangnya mobilitas dan kesulitan makan dapat mempengaruhi orang dengan cerebral palsy untuk sembelit.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)