Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi seseorang yang harus hidup dengan diabetes atau biasa disebut diabetisi cukup sulit dibandingkan dengan yang memiliki gula darah normal.
Mereka dituntut lebih berhati-hati dan waspada dalam banyak hal, seperti pengaturan pola makan seperti membatasi karbohidrat dan gula-gula yang dikonsumsi.
"Untuk mengurangi, saya juga harus olahraga setiap hari, khususnya di pagi hari," kata NV yang ditemui Tribunnews.com belum lama ini.
Pekerja kantoran ini menceritakan bagaimana awalnya menderita penyakit ini.
Baca juga: Manfaat Pisang bagi Kesehatan: Dukung Kesehatan Jantung hingga Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Awalnya, ia sering buang air kecil yang sering terjadi di malam hari, lalu gampang haus meskipun sudah minum.
"Saya juga sempat mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
Mengetahui adanya yang tidak normal, ia berkonsultasi ke dokter dan mendapat diagnosa positif terkena diabetes.
Baca juga: Lebih Efektif Mana Pengobatan Suntik Insulin atau Obat Minum? Begini Penjelasan Dokter
Begitu mengetahui dirinya menderita diabetes, seolah dunia runtuh.
Ia pun lantas memilih menjalani proses pengobatan rutin menggunakan terapi insulin agar bisa sembuh.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) Atlas edisi ke-10, saat ini setidaknya 1 dari 10 orang atau sebanyak 537 juta orang di dunia hidup dengan diabetes.
Apabila tidak ada intervensi, angka ini diproyeksikan akan meningkat, mencapai 643 juta pada tahun 2030 dan 784 juta pada tahun 2045.
Diabetes melitus tipe-2 (DMT2) telah menyerang lebih dari 90% pasien di seluruh dunia.
Penyakit ini juga telah menyebabkan 6,7 juta kematian pada tahun 2021. Diperkirakan terdapat 1 orang meninggal setiap 5 detik akibat diabetes.
Ketua Pengurus Besar Perkeni Prof Ketut Suastika mengatakan, di Indonesia, jumlah penderita diabetes terus meningkat dari 10,7 juta pada tahun 2019 menjadi 19,5 juta pada tahun 2021.
Tahun ini, Indonesia menduduki peringkat kelima dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, naik dari peringkat ketujuh tahun lalu.
"Dari jumlah orang dengan diabetes di Indonesia mencapai 19,5 juta, hanya 2 juta yang telah terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan," kata Ketut Suastika dalam keterangannya belum lama ini.
Peningkatan jumlah penderita diabetes tipe-2 disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi, demografi, lingkungan, dan genetik.
Beberapa pendorong utamanya adalah urbanisasi, populasi yang menua, berkurangnya aktivitas fisik, dan peningkatan jumlah masyarakat yang menderita obesitas atau kelebihan berat badan.
Kesadaran Masih Rendah
Menurut Suastika, pencegahan diabetes dan komplikasinya serta diagnosis dan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem kesehatan.
Namun, masih banyak permasalahan seperti kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat, adanya stigma penyakit kronis, dan misinformasi mengenai diabetes.
Suastika menyebut rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap diabetes masih menjadi tantangan utama yang menyebabkan semakin tingginya jumlah orang diabetes yang tidak terdiagnosis,” katanya.
Mengatakan masalah diabetes ini secara serius telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.
Namun, perjalanan kita masih panjang karena jutaan orang dengan diabetes di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, belum mendapatkan akses pengobatan diabetes yang tepat.
Keterbatasan akses pengobatan diabetes pada akhirnya menghadirkan banyak tantangan lainnya.
Diperkirakan masih banyak orang dengan diabetes yang tidak terdiagnosis dan banyak juga orang dengan diabetes yang tak berhasil mencapai target HbA1c yang sudah ditentukan atau tidak terkontrol.
Studi menunjukkan lebih dari 70 persen orang dewasa dengan diabetes tipe-2 di Indonesia tidak berhasil mencapai target HbA1c di bawah 7 persen.
Jumlah diabetisi dengan gula darah tak terkontrol terus meningkat dengan mengkhawatirkan.
Orang dengan DMT2 biasanya membutuhkan insulin ketika diet, olahraga, dan pengobatan antidiabetes oral masih tidak membantu mencapai gula darah yang ditargetkan.
Di samping itu, masalah yang tak kalah serius adalah cukup banyak yang tidak menyadari ancaman DMT1 pada anak dan remaja yang dapat berdampak seumur hidup.
Baca juga: Waspada, Ini Tipe & Gejala Penyakit Diabetes: dari Rasa Lapar Berlebih hingga Mudah Letih
Hal ini terlihat dari tingginya tingkat underdiagnosis dan misdiagnosis DMT1 pada anak-anak, serta masih tingginya jumlah anak yang menderita ketoasidosis diabetik (DKA).
Anak-anak penderita DMT1 yang tidak memiliki akses ke layanan kesehatan akan sulit mendapatkan hidup sehat, mengembangkan potensi dan bakat, serta mewujudkan cita-cita mereka.
Berdasarkan data CHEPS FKM UI dan PERKENI pada tahun 2016, pemerintah menghabiskan 74 persen anggaran kesehatan untuk secara khusus mengobati komplikasi diabetes. Padahal, komplikasi diabetes dapat dihindari dengan mengontrol tingkat gula darah.
Terapi Insulin Berperan Penting
Insulin adalah hormon alami yang diproduksi oleh pankreas dan hormon insulin memungkinkan tubuh mengubah gula atau glukosa menjadi energi dan membantu tubuh menyimpan energi tersebut.
Namun, penderita diabetes, hormon insulin berkurang sehingga membuat kadar gula dalam darah menjadi tinggi yang disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, serta protein.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan terapi insulin.
Terapi insulin yang menjadi bagian manajemen diabetes dan membantu orang dengan diabetes untuk mengontrol gula darah agar mengurangi risiko komplikasi.
Terapi insulin memegang peranan penting karena mengelola diabetes dengan memastikan kontrol gula darah yang baik dan stabil akan mencegah komplikasi jangka pendek dan jangka panjang dari diabetes dan membantu orang dengan diabetes untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pilihan menggunakan terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan respons individu, berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Manfaat lainnya adalah meningkatkan sensitivitas dan sekresi insulin serta mengurangi tingkat kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung.
Di sisi lain, menurut penelitian Journal Investigation Diabetes, cukup banyak penderita diabetes enggan menjalani pengobatan terapi insulin.
Selain harga dan minimnya waktu untuk mengedukasi pasien, alasan penundaan terapi insulin disebabkan oleh faktor emosional dan psikologis seperti ketidaknyamanan, takut jarum suntik.
Juga pandangan bahwa insulin merupakan akhir kehidupan, kekhawatiran akan hipoglikemia, dan beragam alasan lain.
Hal ini telah terbukti sejak insulin ditemukan 100 tahun yang lalu dan tahun ini adalah peringatan 100 tahun penemuan insulin sebagai pengobatan pertama diabetes yang telah menyelamatkan banyak jiwa.
Namun sayangnya, jutaan orang dengan diabetes di seluruh dunia belum dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan, padahal mereka memerlukan perawatan dan dukungan berkelanjutan untuk mengelola kondisi mereka dan menghindari komplikasi.
Fakta inilah akhirnya membuat pentingnya akses pengobatan diabetes menjadi tema peringatan Hari Diabetes Sedunia 2021-2023.
Akses pengobatan diabetes sangatlah penting karena orang dengan diabetes memerlukan perawatan dan dukungan yang berkelanjutan untuk mengelola kondisi mereka dan menghindari komplikasi.
Terapi insulin seringkali merupakan bagian penting dari pengobatan diabetes untuk mengontrol tingkat gula darah dan mencegah komplikasi diabetes.
Selama satu abad terakhir, sudah ada sejumlah insulin generasi baru yang dikembangkan dan dipasarkan untuk mengurangi beban pengobatan sehari-hari, menghadirkan prosedur pengobatan yang lebih fleksibel, dan membantu penderita diabetes dalam mengontrol gula darah dengan lebih mudah.
Terapi insulin adalah penemuan yang menyelamatkan hidup (life-saving discovery) bagi orang dengan diabetes.
Bagi sebagian orang dengan diabetes (terutama diabetes tipe 1), insulin membantu mereka untuk beraktivitas seperti biasa dan mendapatkan kehidupan yang berkualitas.
Insulin bukanlah last resort (pilihan akhir) melainkan salah satu upaya yang paling efektif untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga jangan menunggu komplikasi baru menggunakan insulin.
Ketut Suastika menambahkan, selalu ada tantangan dan kebutuhan pasien yang belum terpenuhi ketika melakukan terapi insulin.
Untuk melakukan terapi insulin ini, pasien membutuhkan prosedur terapi yang lebih sederhana.
"Saat ini 2-in-1 insulin co-formulation merupakan salah satu inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan pasien dan dapat membantu jutaan penderita diabetes di Indonesia," katanya.
Dalam menangani diabetes, PERKENI telah menetapkan bahwa tingkat HbA1c pasien harus mencapai 7 persen.
Sayangnya, lebih dari 70 persen pasien diabetes di Indonesia tidak berhasil mencapai target tersebut akibat prosedur yang kompleks.
"Pasien yang menjalani terapi insulin biasanya membutuhkan lebih dari satu suntikan insulin setiap harinya untuk menjaga gula darah dengan baik.
Prosedur terapi yang kompleks dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien dan menyebabkan kegagalan dalam menurunkan tingkat HbA1c yang ditargetkan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp memberikan prosedur yang lebih sederhana untuk dijalani oleh pasien.
Suastika mengatakan, IDegAsp merupakan 2-in-1 insulin co-formulation pertama dan satu-satunya di dunia yang mengandung insulin degludec basal generasi baru dan insulin aspart dalam satu suntikan.
Inovasi 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp dirancang untuk menyederhanakan terapi insulin sehingga lebih mudah dijalani, hanya dengan satu kali suntikan sehari dan tidak membutuhkan re-suspensi.
Inovasi ini juga aman karena memiliki risiko hipoglikemia yang rendah dan terbukti dapat menurunkan tingkat HbA1c dan mengontrol gula darah setelah makan.
Berbagi Informasi tentang Diabetes
Duta Besar Denmark untuk Indonesia, H.E. Lars Bo Larsen mengatakan, peringatan hari Diabetes Sedunia merupakan kegiatan tahunan yang menunjukkan bahwa masih ada organisasi global, regional, dan komunitas yang senantiasa mendukung upaya pengentasan penyakit ini.
Tahun ini, peningkatan jumlah orang dengan diabetes yang pesat menjadi peringatan mengenai pentingnya kesehatan masyarakat, terutama pada masa pandemi COVID.
"World Diabetes Day dapat menjadi kesempatan untuk berbagi informasi mengenai pencegahan diabetes dan meminta tambahan sumber daya dan perhatian yang lebih memadai," katanya.
"Kami meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesadaran diabetes dan menyediakan akses pengobatan bagi penderita di Indonesial,” katanya.
Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia, Anand Shetty mengatakan, selama hampir 100 tahun, Novo Nordisk secara konsisten mendorong perubahan untuk mengalahkan diabetes.
Novo Nordisk melakukannya dengan menjadi pelopor terobosan ilmiah, memperluas akses untuk obat-obatan, serta mencegah dan menyembuhkan diabetes dan penyakit kronis serius lainnya.
"Diabetes telah menjadi beban besar dalam sistem kesehatan, dan kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan otoritas kesehatan dan mitra terkait di Indonesia untuk mencegah dan mengobati penyakit ini," katanya.
"Bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kami akan meningkatkan dan memperkuat upaya kami untuk menyediakan pengobatan diabetes yang berkelanjutan di Indonesia dengan memberikan diagnosis dini dan pengendalian yang optimal,” ujarnya.
Novo Nordisk ingin menjangkau sebanyak mungkin orang dengan diabetes di Indonesia dengan melakukan berbagai kampanye dan edukasi mengenai diabetes; bergabung dengan gerakan global Changing Diabetes in Children; menyediakan berbagai produk inovatif; dan mendukung pemerintah dalam berbagai pendekatan yang bersifat preventif.
Vice President and General Manager Novo Nordisk Indonesia Anand Shetty mengatakan,pihaknya akan meningkatkan akses edukasi mengenai diabetes kepada masyarakat demi meningkatkan taraf hidup masyarakat, penderita diabetes, dan meningkatkan pencegahannya.
“Kami mengembangkan TanyaGendis yang merupakan chatbot virtual yang tersedia dalam WhatsApp melalui nomor 0812 8000 5858 melalui WhatsApp."
"Kami ingin memudahkan semua masyarakat mendapatkan informasi mengenai diabetes,” tuturnya.
Gendis adalah singkatan dari ceGah & kENDali DIabeteS.
Bersamaan dengan TanyaGendis, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin juga meluncurkan iklan layanan masyarakat dalam acara Health Business Gathering 2021 di Bali.
Sejumlah iklan layanan masyarakat akan dipasang di berbagai platform digital dan tempat umum.
Iklan ini mengajak masyarakat untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat guna mencegah diabetes sebelum terlambat.
Chatbot dan PSA tersebut merupakan implementasi dari nota kesepahaman antar pemerintah (G2G MoU) antara Indonesia dan Denmark tentang kerja sama kesehatan.
Memperingati Hari Diabetes Sedunia dan hari jadi insulin ke-100, Novo Nordisk, Kemenkes, dan Kedutaan Besar Denmark berkolaborasi menggelar serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap diabetes.
Beberapa kegiatannya yang dilakukan adalah penyediaan booth di Stasiun Kereta Tanah Abang di mana para komuter dapat melakukan tes gula darah.
Kegiatan serupa juga dilakukan di Pasar Tanah Abang, di mana ratusan karyawan Pasar Tanah Abang dapat menjalani pemeriksaan kesehatan untuk mengecek risiko diabetes.
Ada pula Monas Blue Light yang merupakan bagian dari Blue Monument Challenge.
"Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap diabetes," kata Anand.