TRIBUNNEWS.COM, OREGON - Penelitian laboratorium baru dari Oregon Health & Science University yang diterbitkan pada Selasa lalu di jurnal Science Immunology menunjukkan bahwa telah ditemukan lebih dari satu cara untuk mendapatkan 'kekebalan super' terhadap virus corona (Covid-19).
Menurut penelitian itu, ada dua jenis cara yang ditemukan dalam memperoleh kekebalan, yakni melalui infeksi terobosan setelah vaksinasi dan infeksi alami yang diikuti dengan vaksinasi.
Namun pada dasarnya, keduanya menghasilkan tingkat perlindungan kekebalan yang identik.
"Tidak ada bedanya apakah anda terinfeksi dan kemudian divaksinasi, atau jika anda mendapatkan infeksi dan kemudian terobosan infeksi," kata Asisten Profesor Mikrobiologi Molekuler dan Imunologi di OHSU School of Medicine sekaligus penulis senior penelitian ini, Fikadu Tafesse, dikutip dalam laporan EurekAlert sebagai penjelasan hasilnya.
Ia juga menekankan bahwa dalam dua kasus tersebut, respons imun yang akan diperoleh tentunya sangat kuat dan tinggi.
Meskipun penelitian dilakukan sebelum penemuan varian Omicron, para ahli meyakini bahwa respons imun hibrida akan sebanding dengan strain baru yang sangat menular.
Baca juga: Penelitian Sheba Medical Center Israel: 4 Suntikan Vaksin Covid-19 Tidak Cukup Efektif Lawan Omicron
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (27/1/2022), menurut EurekAlert, studi baru ini didasarkan pada penelitian OHSU yang dirilis pada Desember 2021 yang menunjukkan tingkat respons imun yang sangat tinggi setelah infeksi terobosan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai 'kekebalan super'.
Penelitian itu adalah yang pertama mendeteksi netralisasi silang serum darah dari pasien terobosan menggunakan berbagai strain SARS-CoV-2 hidup.
Menurut penelitian baru, tidak masalah apakah seseorang mendapatkan penyakit terobosan atau divaksinasi setelah mengalami infeksi alami.
Karena respons imun yang dievaluasi dalam serum darah pada kedua kasus, menunjukkan antibodi yang sama berlimpah dan kuatnya, setidaknya 10 kali lebih kuat dibandingkan imunitas yang diinduksi hanya dengan vaksinasi.
"Kemungkinan mendapatkan infeksi terobosan tinggi karena ada begitu banyak virus di sekitar kita saat ini. Namun kami memposisikan diri kami lebih baik dengan divaksinasi. Dan jika virus muncul, kami akan mendapatkan kasus yang lebih ringan dan berakhir dengan kekebalan super ini," kata Tafesse.
Dalam melakukan penelitian, para ilmuwan mengumpulkan total 104 orang, mereka adalah seluruh karyawan OHSU yang divaksinasi menggunakan vaksin Pfizer.
Kemudian mereka dibagi menjadi 3 kelompok, 42 orang yang divaksinasi tanpa infeksi, 31 orang yang divaksinasi setelah terinfeksi, dan 31 orang yang mengembangkan infeksi terobosan setelah vaksinasi.
Para peneliti mengambil sampel darah dari setiap peserta dan memberikan mereka pada tiga bentuk virus SARS-CoV-2 hidup di laboratorium Biosafety Level 3, mengontrol usia, jenis kelamin, dan waktu sejak vaksinasi dan infeksi.