“Sama dengan dulu kasus Covid-19, ada yang suspek, ada yang OTG, dan lain-lain sampai konfirmasi. Nah pada kasus hepatitis pun seperti itu,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH pada konferensi pers, Rabu (18/5/2022) di gedung Kemenkes, Jakarta.
Definisi kasus pertama adalah Confirmed. Saat ini belum ada yang disebut dengan konfirmasi positif oleh WHO karena sedang dalam penelitian.
Kedua Probable, yaitu hepatitis akut (virus non hepatitis A-E), yakni pada saat pemeriksaan laboratorium tidak ada hepatitis A sampai E, SGOT atau SGPT di atas 500 IU/L (internasional unit per liter), dan berusia di bawah 16 tahun.
Baca juga: CDC Keluarkan Peringatan Soal Wabah Hepatitis Akut pada Anak-anak
Baca juga: 24 Orang Diduga Terpapar Hepatitis Akut di DKI Jakarta hingga Hari Ini 18 Mei 2022
“Untuk kasus ini, pasien tidak terdeteksi hepatitis maka dia salah satu dugaan hepatitis yang belum diketahui penyebabnya, namun hasil laboratorium SGOT atau SGPT di atas 500 IU/L,” tutur dr. Syahril.
Ketiga, Epi-Linked, yaitu hepatitis akut (virus non hepatitis A-E), terjadi di segala usia, dan kontak erat dengan kasus probable.
Keempat, Pending Classification, artinya sedang menunggu hasil pemeriksaan Lab untuk hepatitis A sampai E, tetapi pasien ini sudah tinggi SGOT maupun SGPT nya yakni di atas 500 IU/L, dengan usia di bawah 16 tahun.
Sementara, untuk kasus yang tidak tergolong ke dalam semua definisi kasus tersebut, maka didefinisikan sebagai discarded.
“Discarded itu tambah dari kita yaitu hepatitis akut (virus hepatitis A – E) yang terdeteksi, atau etiologi lain yang terdeteksi.
Upaya Pemerintah Hadapi Hepatitis Misterius, Bentuk Satgas dan Penguatan Laboratorium
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya dalam menghadapi Hepatitis akut.
Di antaranya telah melakukan koordinasi dan kolaborasi agar seluruh masyarakat, kementerian lembaga dan swasta mempunyai kewaspadaan terhadap penyakit Hepatitis akut.
Kemudian pembentukan Satgas, tenichal briefing Dinas Kesehatan, agar seluruh fasilitas kesehatan dan puskesmas mempunyai kewaspadaan. Sekaligus memberikan pencatatan dan pelaporan terhadap kasus ini.
Lalu adanya upaya deteksi disamping survelens, Kemenkes juga melakukan panthogen menggunakan Whole Genomic Sikuensing (WGS).
"Dimana dengan WGS akan terlihat varian virus yang muncul dari virus dugaan Hepatitis. Kemudian ada NAR hepatitis akut live," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Rabu (18/5/2022).
Kemudian upaya lain yang sudah disusun melalui pedoman tata laksana kasus hepatitis bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Dan juga komunitas ahli yang dibentuk oleh komunitas kesehatan.
Baca juga: Masih Lakukan Kajian, IDAI Belum Keluarkan Rekomendasi Tunda PTM Terkait Munculnya Hepatitis Akut
Baca juga: Gambaran Gejala Hepatitis Akut di Inggris dengan Indonesia, Sama-sama Tunjukkan Tanda Kuning