Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pertambahan kasus penyakit cacar monyet atau Monkeypox terkesan meningkat cukup progresif. Hal ini disampaikan oleh pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
"Saat ini hampir di 14 negara di dunia dan mayoritas di Eropa. Dan juga sudah mengkonfirmasi mongkeypox di manusia. Dan ini mendekati kasus 150 kasus. Di Indonesia sejauh ini belum melaporkan," papar Dicky pada Tribunnews, Rabu (25/5/2022).
Namun negara tetangga seperti Australia yang juga memiliki hubungan penerbangan langsung dengan Eropa dan Afrika sudah melaporkan setidaknya dua kasus.
Baca juga: Tanya Jawab tentang Penyakit Cacar Monyet: Tanda dan Gejala hingga Cara Penularan Monkeypox
Hal ini kata Dicky menjadi kewaspadaan.
Meskipun mongkeypox bukan satu virus yang baru. Virus ini sudah lama terdeteksi pada satu hewan primata pada 1958 di Denmark bahkan di Eropa, bukan Afrika.
"Lalu deteksi kasus manusia pertama pada tahun 1970. Namun kasus ini termasuk relatif jarang karena mayoritas manusia saat ini di dunia memiliki imunitas proteksi dari vaksin Smallpox nya," papar Dicky.
Inilah yang membuat kenapa Monkeypox kecil kemungkinan berpotensi menjadi pandemi.
Karena salah satu syarat mendasar menjadi pandemi adalah mayoritas manusia tidak memiliki imunitas terhadap panthogen baru.
Selain itu Monkeypox ini terkesan cenderung cepat.
Di sisi lain hipotesa menyatakan jika masa inkubasi bisa terjadi selama tiga minggu. Sehingga banyak orang tidak terdeteksi. Bahkan cenderung telah terjadi penularan imunitas.
Terutama di beberapa negara Eropa seperti Inggris, Spanyol maupun Portugal. Dan pada komunitas tertentu, yang memiliki erat kontaknya hal ini jelas berisiko.