Keloid dapat berkembang setelah kerusakan kulit yang sangat kecil, seperti bintik jerawat atau tindik, dan menyebar ke luar area kerusakan kulit asli.
Bekas luka keloid mungkin akan terasa gatal dan menyebabkan ketidaknyamanan serta tekanan emosional pada mereka yang mengalaminya.
Perawatan pun tersedia untuk menghilangkan keloid seperti pembedahan atau suntikan steroid, namun tidak ada jaminan bahwa keloid tidak akan tumbuh kembali.
Lalu bagaimana Monkeypox dapat menyebabkan jaringan parut?
Ribuan luka yang muncul pada tubuh merupakan sesuatu yang tidak ingin dialami oleh siapapun.
Baca juga: Inggris Konfirmasi Penularan Komunitas Cacar Monyet
Saat keropeng itu terlepas, maka tentunya akan meninggalkan bekas.
Dokter Umum di Somerset, Dr Phil Whitaker mengatakan bahwa setelah masa inkubasi hingga 3 minggu, orang yang terkena Monkeypox akan mengembangkan sindrom seperti flu disertai demam, nyeri otot dan pembengkakan kelenjar getah bening.
"Setelah beberapa hari, ruam pun berkembang dengan lepuh kecil yang disebut vesikel, biasanya dimulai pada bagian kepala dan menyebar ke seluruh tubuh. Sama seperti cacar air, ini bisa meninggalkan bekas luka setelah sembuh," kata Dr Whitaker.
Sementara itu seorang Ahli Epidemiologi di University of East Anglia, Profesor Paul Hunter menyampaikan bahwa saat lesi cacar ini mulai pecah, maka akan ada infeksi bakteri sekunder yang umumnya menyebabkan jaringan parut.
Sedangkan Andrea McCollum dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menilai bahwa selain kemungkinan jaringan parut keloid, penderita Monkeypox yang memiliki kulit lebih gelap juga dapat mengalami hiperpigmentasi setelah lesi sembuh.