Di ruang terapi, Alkha memang menggunakan metode AVT dengan mainan. Namun saat di rumah, ia menggunakan metode campuran, yakni memanfaatkan mainan dan aktivitas sehari-hari.
Syarifuddin sengaja menggunakan mainan untuk menimbulkan kesan belajar pada anaknya, agar sang anak fokus mendengar kata maupun kalimat yang panjang dan kompleks.
"Sedangkan aktivitas sehari-hari (digunakan) untuk menambah kosa kata baru dan memberi contoh yang tepat bagaimana menggunakan kosa kata sehari-hari sebagai kalimat pernyataan dan pertanyaan atau permintaan bantuan," tutur Syarifuddin.
Hasilnya, Alkha pun mampu memahami lebih dari 1.000 kosa kata dan mampu mendengar seluruh spektrum wicara secara baik.
Saat ditanya mengenai cita-citanya, anak tersebut mengaku 'mau jadi pengusaha'. Syarifuddin menekankan bahwa dirinya akan tetap mendukung apapun yang menjadi impian putranya itu.
Namun yang paling penting menurutnya adalah sang anak dapat mandiri secara ekonomi dan berteman dengan yang lain sebagai rekan yang setara.
Meskipun saat ini kelompok disabilitas masih belum mendapatkan kesempatan yang besar dan setara seperti orang dengan pendengaran normal pada umumnya, pria yang akrab disapa papa Alkha ini berharap para orang tua selalu optimis dalam membesarkan anak yang memiliki gangguan pendengaran.