Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebiasaan begadang membuat sebagian orang mengalami insomnia atau sulit tidur. Sebagai solusi mereka memilih mengkonsumsi obat tidur.
Ahli Sleep Disorders Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dr Wardah Rahmatul Islamiyah SpN(K) mengungkapkan obat tidur sebaiknya tidak menjadi opsi alternatif untuk menangani sulit tidur atau insomnia.
Ia menyebut, obat tidur seperti CTM hanya menyebabkan kantuk. Namun, tidak membuat tidur menjadi lelap, tidak nyaman, dan menyebabkan kantuk berkepanjangan. Akhirnya tidak baik untuk dikonsumsi.
"Efek sampingnya akan menyebabkan ketergantungan. Awalnya efeknya bagus, lewat dua minggu ga berefek, sehingga berpikir kok ga mempan. Kemudian cenderung meningkatkan dosis, hingga berkemungkinan overdosis,” tuturnya dikutip dari laman unair, Jumat (24/6/2022).
Baca juga: Apa Itu Insomnia? Simak Pengertian, Gejala, Jenis hingga Langkah Pengobatannya
Ia mengungkapkan, dalam beberapa kondisi, dokter memang memberikan obat tidur berupa hormon melatonin eksogen untuk membantu pasien yang kesulitan tidur. Namun, penggunaan obat tersebut juga dibatasi.
“Penggunaan obat ini (hormon melatonin eksogen) tidak lebih dari dua minggu. Sebab, akan berisiko menghentikan produksi melatonin secara alami,” tuturnya.
Menurutnya, mengembalikan jam tubuh dan mengubah pola tidur tidak bisa dapatkan dengan instan.
Ahli sleep disorders FK UNAIR itu mengungkapkan, tidur berkualitas bergantung pada kuantitas waktu tidur. Umur yang berbeda memiliki kebutuhan waktu tidur yang berbeda pula.
“Anak-anak kebutuhannya 10 jam, remaja 8 jam, dewasa 6 jam. Sementara lansia hanya butuh 4 sampai lima jam saja. Tidur melebihi jam itu biasanya tidak bisa, yang ada tidurnya tidak berkualitas,” tuturnya.
Ia juga menerangkan, olahraga dan beraktivitas di pagi hingga siang hari dapat membantu tidur menjadi berkualitas. Keadaan tubuh yang lelah sehabis beraktivitas membuat tidur menjadi lebih lelap.
Terapkan Perilaku Sleep Hygine
Berdasarkan ilmu kedokteran, tidur berkualitas ialah tidur yang mencapai stadium tiga atau deep sleep yang membutuhkan waktu 1,5 jam dari saat terlelap.
Pada kondisi tersebut, manusia tidak mudah dibangunkan. Perilaku sleep hygine atau prosesi menjelang tidur dapat menjadi salah satu cara untuk membantu mendapatkan kondisi tersebut
“Terapkan makan berat maksimal dua jam sebelum tidur. Supaya organ cerna kita kerjanya tidak terlalu berat,” ujarnya.
Berolahraga tidak lebih dari empat jam sebelum tidur, sehingga hormon kortisol tidak tinggi saat akan tidur.
Selain itu, menciptakan situasi dan ruangan yang nyaman sebelum tidur juga penting dilakukan. Misalnya, mematikan lampu atau meredupkan lampu dari biasanya.
“Tidur itu rasanya adalah hal sederhana, orang sering menyepelekan. Namun, sesuatu yang sederhana itu jika tidak kita jaga dapat menimbulkan banyak penyakit. Maka pola tidur yang salah ini butuh kepedulian,” tuturnya.